Keamanan Pakistan Tahan 216 Orang, Terkait Bom Lahore
LAHORE, SATUHARAPAN.COM – Pihak berwajib Pakistan menahan 216 orang guna penyelidikan lebih mendalam dalam kasus bom yang menyebabkan puluhan orang meninggal dunia di Lahore, Pakistan.
“Setelah penyelidikan lebih jauh, kami akan mengetahui lebih banyak soal mereka,” kata menteri besar Provinsi Punjab, Rana Sanaullah, seperti diberitakan situs berita Australia, abc.net.au, hari Selasa (29/3).
Rana mengungkapkan pada hari Senin (28/3) pihak keamanan telah menahan lebih dari 5.000 orang yang diduga kuat terkait dengan ledakan tersebut, namun tidak lama membebaskan sebagian besar dari mereka.
“Jika seseorang terbukti bersalah, ia akan didakwa,” Rana menambahkan.
Rana menjelaskan pihak keamanan telah melakukan 160 serangan yang dilakukan tim gabungan antara polisi, pasukan kontra-terorisme, dan intelijen.
Rana memastikan pasukan militer Pakistan akan digunakan dalam operasi di masa datang.
"Operasi ini akan meliputi semua badan penegak hukum," kata Rana.
Dalam pidato nasional, sebelum bertolak menuju Amerika Serikat, Perdana Menteri Nawaz Sharif, berjanji memburu militan.
“Saya berada di sini berjanji kami akan mencatat setiap tetes darah para korban meninggal dunia (bom Lahore, Red). Pertanggungjawaban ini sedang dituntaskan, dan kami tidak akan istirahat hingga kasus ini terselesaikan,” kata Sharif.
Ehsanullah Ehsan, juru bicara kelompok yang mengaku bertanggung jawab aksi kekerasan di Lahore – Jamaat ur Ahrar – menjelaskan berbagai pihak yang mencoba membantu pemerintah akan mendapat balasan.
“Kami hanya menunggu saat yang tepat,” kata Ehsanullah.
Ehsanullah menjelaskan yang memenangkan kondisi tersebut dia deskripsikan sebagai peperangan, sehingga pemenangnya adalah mujahidin yang benar.
Jamaat-ur-Ahrar yang sebelumnya juga menyatakan kesetiaan pada Islamic State Iraq and Syria atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS/NIIS), melancarkan lima serangan besar di Pakistan sejak Desember 2015.
Ledakan bom terjadi pada hari Minggu (27/3) malam WIB dan bertepatan dengan hari raya Kristiani, Minggu Paskah. Ledakan terjadi di jantung Lahore saat banyak keluarga menghabiskan waktu di taman kota, Gulshan Iqbal, merayakan liburan Paskah. Banyak perempuan dan anak-anak menjadi korban meninggal dunia.
Pengeboman pada Paskah tersebut merupakan serangan terburuk sejak pembantaian di sekolah pada 2014, yang menurut pengakuan Taliban menewaskan 134 pelajar.
Badan keamanan Pakistan dituduh melindungi beberapa militan untuk dimanfaatkan membantu mencapai tujuannya di Afghanistan dan melawan pesaing lamanya, India.
Dalam beberapa tahun belakangan, Pakistan menumpas gerakan-gerakan yang menyasar warga negara serta lembaganya, termasuk kelompok militan yang berupaya menggulingkan pemerintah. (abc.net.au)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...