Kebaikan yang Menular di Tengah Abu Gunung Kelud
KLATEN, SATUHARAPAN.COM Masyarakat Indonesia masih ada yang peduli dengan sesama. Ini saya alami di tengah hujan abu akibat erupsi Gunung Kelud. Pada Jumat (14/2) saya mengalami kebaikan yang menular. Bahkan kebaikan itu tanpa memandang latar belakang agama.
Delapan jam setelah gunung Kelud meletus, dampaknya mulai terasa di Klaten. Sejak pagi, abu vulkanik mulai turun dengan deras di kota Klaten. Padahal jaraknya sekitar 250 km dari lokasi bencana. Sejak pukul 5 pagi, saya berkoordinasi dengan relawan tanggap bencana GKI Klaten. Dalam kondisi demikian, pasti banyak orang yang membutuhkan masker. Kami ingat masih memiliki persediaan masker sisa respons letusan gunung Merapi, tahun 2010. Dan benar, kami masih memiliki 6 koli masker dalam kondisi baik.
Sejak pukul 6:30, kami berdiri di jalan utama kota Klaten untuk membagikan masker. Debu-debu vulkanik yang beterbangan dihempas roda-roda kendaraan tak menyurutkan para relawan. Kami mengenakan jas hujan, helm dengan penutup kaca dan masker untuk menangkal hujan debu. Satu-persatu masker pun mulai terbagi ke para pelintas.
Hari merangkak siang, ada sepuluh siswa SMP yang mendekati kami. Sekolah mereka diliburkan.
Bolehkah kami membantu membagikan masker? tanya mereka menawarkan bantuan dengan sukarela. Dengan senang hati kami menyambut tawaran itu. Anak-anak remaja putri ini pun dengan antusias memberikan masker kepada pengendara dan penumpang di kendaraan. Sesekali kami menegur mereka agar tidak terlalu ke tengah jalan karena khawatir ditabrak kendaraan. Saat itu jarak pandang sangat sempit karena hujan debu yang tebal.
Tak berapa lama melintaslah seorang anggota TNI. Dia meminggirkan sepeda motornya. Saya tak tahu dia berasal dari kesatuan mana karena tubuhnya berbalut mantel hujan. Wajahnya tertutup masker dan helm. Saya tahu dia anggota TNI dari sepatu lars yang dikenakannya dan belati yang muncul di balik pinggangnya. Anggota TNI ini turun dari sepeda motornya dan ikut mengatur lalu lintas untuk mengamankan para relawan. Dia berdiri di paling depan untuk memberi tanda agar pengemudi kendaraan melambatkan laju kendaraan supaya tidak menabrak kendaraan yang sedang mengambil masker.
Kemudian melintaslah mobil yang bernomor polisi Jakarta. Pengendaranya meminta selembar masker, kemudian melaju pergi. Sekitar 10 menit kemudian, mobil ini kembali ke tempat kami. Pengendaranya menurunkan 20 kotak snack, lengkap dengan minumannya untuk para relawan.
Sungguh, hati kami merasa hangat dengan bantuan spontan dari orang-orang yang tidak kami kenal sama sekali. Hari ini kami belajar satu hal: Kebaikan itu menular. Jika kita melakukan hal yang baik, maka hal itu akan menginspirasi orang lain untuk berbuat baik juga.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...