Kebanggaan Pemerintah Hong Kong akan Bilingual Memudar
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Hong Kong dulu suka menggambarkan diri sebagai kota atau negara yang memberi penghargaan digunakannya Bahasa Inggris dan Mandarin secara luas bersamaan, akan tetapi kecenderungan tersebut saat ini memudar dan bahkan hilang.
Seperti tertuang dalam kolom editorial South China Morning Post lewat situsnya, scmp.com Kamis (19/6), tren yang berkembang di Hong Kong saat ini adalah para pejabat berkomunikasi dalam bahasa Mandarin saja. Dari berbicara di depan umum hingga menulis blog semakin jarang menggunakan bahasa Inggris. Tren ini tidak hanya penyimpangan dari kebijakan resmi bilingualisme, akan tetapi lebih jauh muncul fenomena mengasingkan pembicara non-Mandarin dan merusak citra Hong Kong sebagai kota internasional.
Scmp.com memberi contoh Kepala Eksekutif Hong Kong Chun Ying Leung, yang menyampaikan 61 pidatonya dalam bahasa Mandarin dalam 12 bulan terakhir, dibandingkan dengan hanya 28 pidato bahasa Inggris selama periode yang sama pada tahun lalu.
Hanya enam pidato yang dia disampaikan dalam dua bahasa atau memiliki terjemahan bahasa Inggris. Pendahulunya, Tung Chee Hwa lebih sering menggunakan bahasa Inggris. Hanya sembilan dari pidato yang disampaikannya pada tahun 2004 yang menggunakan bahasa Mandarin.
Tren terbaru lainnya adalah penggunaan blog dalam bahasa Mandarin. Kadang-kadang versi bahasa Inggris disediakan kemudian.
Undang-Undang Dasar Hong Kong mengatakan bahasa Inggris dapat digunakan sebagai bahasa resmi di samping Mandarin. Undang Undang tersebut menyebut bahasa Inggris dapat digunakan untuk komunikasi dan proses pengadilan di bawah pengaruh Ordonansi.
UU Hong Kong juga mengkonfirmasi bahwa di di tingkat pemerintahan sipil informasi sangat perlu disebarkan secara bilingual. Sementara website dan kertas kerja pemerintah biasanya tersedia dalam bahasa Mandarin dan Inggris, pidato yang disampaikan di parlemen tidak selalu ditulis dalam dua bahasa.
Penggunaan bahasa Inggris di Hong Kong menjadi isu yang memprihatinkan sejak serah terima Hong Kong kembali ke Tiongkok. Dominannya penggunaan Bahasa Mandarin dalam komunikasi resmi telah memberikan kesan bahwa Bahasa Inggris tidak lagi penting.
South China Morning Post membenarkan pemerintah bersikap benar saat menyebut bahwa menurunnya penggunaan Bahasa Inggris akhir-akhir ini belum didukung bukti nyata. Akan tetapi salah satu situs berita terpercaya di Hong Kong ini memiliki sikap bahwa sebagai media online memiliki kewajiban mempertahankan kemampuan verbal tingkat tinggi dalam kedua bahasa itu. Scmp.com menyebut yang dipertaruhkan adalah daya saing bisnis media dan citra kosmopolitan. (scmp.com).
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...