Keberanian Gubernur Okinawa Lawan AS Jadi Buah Bibir di Jepang
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Takeshi Onaga, Gubernur provinsi Okinawa, Jepang, mencoba teguh pada pendiriannya untuk menentang pembangunan pangkalan udara Amerika Serikat di wilayahnya, kendati ia harus berhadapan dengan pemerintah pusat, menjelang kunjungan PM Jepang ke Washington, akhir bulan ini.
Tangan kanan Shinzo Abe, Minggu (5/5), mendesak Gubernur Okinawa mengalah terkait sengketa lama pembangunan pangkalan udara Amerika Serikat menjelang kunjungan Perdana Menteri Jepang ke Washington akhir bulan ini.
Pembangunan pangkalan itu, yang pertama kali diperdebatkan pada 1996, telah ditentang oleh oposisi lokal dari pulau itu—yang mengatakan bahwa mereka menanggung beban yang tidak proporsional saat menjadi tuan rumah lebih dari setengah dari 47 ribu personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di Jepang.
Dalam perkembangan terbaru dari sengketa yang telah berlangsung dua dasawarsa itu, Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga berkata kepada Gubernur Takeshi Onaga, "Kami harap bisa mendapatkan pemahaman Anda terkait rencana ... untuk menjaga daya tangkal dari aliansi Jepang-AS."
Namun, Gubernur Okinawa membalas imbauan itu dengan pernyataan bahwa sekalipun ia memahami pentingnya aliansi dengan Amerika Serikat, rencana keamanan nasional harus memperoleh dukungan rakyat Jepang.
"Okinawa tidak pernah secara sukarela menawarkan (tanah) untuk pangkalan militer. Saya yakin mustahil untuk membangun pangkalan baru," kata Onaga, yang mengacu kepada rencana untuk mengganti Pangkalan Udara Futenma—yang terletak di perkotaan—dengan sebuah pangkalan di garis pantai pedesaan di Nago.
Pemerintah pusat pekan lalu berupaya menyingkirkan gubernur, menangguhkan perintahnya untuk menghentikan pembangunan, menjelang tur sepekan Abe ke Amerika Serikat yang akan dimulai pada 28 April. Tur Abe ke Amerika Serikat akan fokus pada pendalaman hubungan perdagangan dan militer.
Abe dan Onaga akan bertemu sebelum tur Amerika Serikat itu, menurut Mainichi Shinbun yang mengutip sumber tanpa nama dari Pemerintah Okinawa.
Onaga kini menjadi buah bibir di Jepang, bahkan sementara kalangan menyebutnya sebagai pahlawan Asia dalam menentang pangkalan militer AS di kawasan itu. Ketika memenangi Pemilu Gubernur tahun lalu, dia berjanji di hadapan pendukungnya, "Dengan kemenangan ini, saya akan menghadap pemerintah (pusat), menghadap pemerintah AS, bahkan menghadap PBB untuk menyatakan bahwa rakyat menentang (pangkalan AS)."
Kelompok anti-pangkalan, yang ingin pangkalan itu dipindahkan dari Okinawa, melakukan serangan terbaru akhir bulan lalu ketika Onaga mengatakan karang di luar zona yang diizinkan di pantai timur laut pulau itu telah rusak dan menuntut penghentian pekerjaan.
Menteri Perikanan Yoshimasa Hayashi, Senin (6/5), meringankan perintah pemberhentian pembangunan dengan penundaan sementara saat masalah itu diselidiki, yang secara efektif akan membutuhkan waktu lama.
Okinawa, yang sebelumnya adalah kerajaan merdeka, dianeksasi oleh Jepang pada abad ke-19 dan berada di bawah kendali Amerika Serikat mulai akhir Perang Dunia II pada tahun 1945 sampai tahun 1972.
Sementara sebagian besar warga Jepang menghargai perlindungan aliansi Amerika Serikat, terutama dalam konteks perkembangan Beijing di kawasan itu, sejumlah besar warga Okinawa menginginkan penurunan dramatis jumlah personel militer.
Penutupan Futenma dan pembukaan pangkalan pengganti di Nago, 50 kilometer (30 mil) dari Funtema, pertama kali disetujui pada tahun 1996, saat Amerika Serikat berusaha untuk menenangkan kemarahan lokal setelah aksi pemerkosaan anak sekolah oleh para prajurit.
Tetapi sejak saat itu rencana tersebut telah ditentang, dengan pengunjuk rasa memblokir langkah itu, dengan alasan apapun pangkalan baru harus dibangun di tempat lain di Jepang maupun di luar negeri.
Pada 2013 pendahulu Onaga, Hirokazu Nakaima, mantan penentang keras, mengubah keberatannya pada pangkalan baru itu setelah Tokyo menjanjikan suntikan dana tahunan yang besar dan kuat bagi perekonomian lokal.
Banyak warga pulau itu melihat kasus tersebut sebagai pengkhianatan dan pada November menendang dia ke luar kantor untuk mendukung Onaga. (Ant/AFP)
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...