Kebijakan Ekonomi Perikanan Berfokus Budi Daya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza Damanik mengatakan kebijakan paket ekonomi sektor kelautan dan perikanan dari pemerintah harus berfokus kegiatan budi daya perikanan.
"Paket belum memberikan intervensi berarti untuk kegiatan perikanan budi daya rakyat, seperti pakan murah, benur sehat, maupun harga penjualan yang menguntungkan," kata Riza Damanik di Jakarta, Jumat (11/9).
Padahal, menurut Ketua Umum KNTI, secara proporsional, kegiatan perikanan budi daya lebih besar dari volume produksi perikanan tangkap.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengungkapkan, pihaknya sedang menyusun peraturan terkait dengan budi daya perikanan di perairan umum yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.
"Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah menyusun peraturan tentang pengelolaan perikanan budi daya di perairan umum seperti waduk, sungai dan danau," kata Slamet Soebjakto.
Hal itu, ujar dia, bermanfaat antara lain agar pembangunan perikanan budi daya ke depan juga bisa terus didorong untuk memperhatikan lingkungan dan sumberdaya alam yang ada.
Ia memaparkan, budi daya ikan yang dilakukan di perairan umum harus memperhatikan daya dukung perairan sehingga tidak merusak lingkungan.
"Demikian juga dengan pengaturan tata ruang atau zonasi kawasan budi daya yang harus segera dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan perairan," kata Slamet Soebjakto.
Kegiatan restocking benih ikan hasil budi daya, lanjutnya, juga perlu dilakukan untuk menjaga populasi ikan di perairan umum, yang tentunya harus di sesuaikan dengan jenis ikan yang ada di perairan tersebut.
Slamet Soebjakto menyebut pemanfaatan potensi lahan budi daya di berbagai daerah masih minim
"Pemanfaatan potensi lahan budidaya air laut pada tahun 2013 baru mencapai 2,7 persen dari 12,1 juta hektare. Begitu pula dengan pemanfaatan potensi lahan budi daya air payau yang mencapai 21,9 persen dari 2,9 juta hektare," ungkap Slamet.
Untuk itu, menurut dia, untuk bisa menjadi produsen perikanan budi daya terbesar di dunia, perlu di tanamkan jiwa kemandirian dalam pengembangan usaha perikanan budi daya Indonesia.
Saat ini, dia menyebut perlu ditingkatkan pemanfaatan potensi lahan budi daya air payau baik melalui diversifikasi komoditas seperti kakap putih, bawal bintang, rumput laut dan juga kekerangan, maupun pengembangan teknologi yang menuju kepada efisiensi dan keberlanjutan. (Ant)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...