Kecelakaan Pesawat di Korea Selatan, Tanggul Bandara dan Serangan Burung Dipertanyakan untuk Diselidiki
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Pertanyaan muncul pada hari Selasa (31/12) mengenai jatuhnya pesawat jet Jeju Air saat polisi bergegas mengidentifikasi korban dan saat keluarga korban tewas dalam kecelakaan pesawat paling mematikan di tanah Korea Selatan mendesak pihak berwenang untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Badan Kepolisian Nasional mengatakan pihaknya melakukan upaya maksimal dengan menambah personel dan penganalisa DNA cepat untuk mempercepat identifikasi lima jenazah yang masih belum teridentifikasi hingga hari Selasa.
Anggota keluarga yang berkumpul di Bandara Internasional Muan, tempat kecelakaan itu terjadi, telah mendesak identifikasi yang lebih cepat dan informasi lebih lanjut dari pihak berwenang.
Semua dari 175 penumpang dan empat dari enam awak pesawat tewas ketika pesawat Boeing 737-800 Jeju Air mendarat dengan posisi terbalik dan tergelincir dari ujung landasan pacu, lalu meletus menjadi bola api saat menghantam dinding. Dua awak pesawat berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup.
Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, pada hari Senin (30/12) memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh operasi maskapai penerbangan negara itu saat para penyelidik berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan bencana udara paling mematikan di tanah Korea Selatan.
Kementerian Perhubungan mengatakan perekam penerbangan "Kotak Hitam" yang ditemukan dari lokasi kecelakaan kehilangan bagian-bagian penting dan pihak berwenang sedang meninjau cara mengekstrak datanya.
Pemeriksaan terhadap seluruh 101 B737-800 yang dioperasikan oleh maskapai Korea Selatan dijadwalkan akan selesai pada tanggal 3 Januari, sementara bandara akan tetap ditutup hingga tanggal 7 Januari, tambah Kementerian Perhubungan.
Perwakilan dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Badan Penerbangan Federal, dan produsen pesawat Boeing telah bergabung dengan badan investigasi tersebut dan berencana untuk bertemu di Muan pada hari Selasa.
NTSB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengirim tiga investigator termasuk orang-orang dengan spesialisasi dalam faktor operasional dan kelaikan udara ke Korea Selatan untuk membantu investigasi tersebut.
"Jika kami membutuhkan lebih banyak spesialis, kami akan mengirim mereka," kata ketua dewan Jennifer Homendy dalam sebuah wawancara.
Para investigator sedang memeriksa tabrakan dengan burung, apakah ada sistem kontrol pesawat yang dinonaktifkan, dan tergesa-gesanya pilot untuk mencoba mendarat segera setelah menyatakan keadaan darurat sebagai kemungkinan faktor dalam kecelakaan tersebut, kata pejabat pemadam kebakaran dan transportasi.
Para pejabat juga menghadapi pertanyaan tajam tentang fitur desain di bandara, khususnya tanggul tanah dan beton besar di dekat ujung landasan pacu yang digunakan untuk mendukung peralatan navigasi.
Pesawat itu menabrak tanggul dengan kecepatan tinggi dan meledak menjadi bola api. Mayat dan bagian tubuh terlempar ke ladang di sekitarnya dan sebagian besar pesawat hancur dalam kobaran api.
Pejabat Korea Selatan mengatakan tanggul itu dibangun sesuai standar, dan ada fitur serupa di bandara lain termasuk di Amerika Serikat dan Eropa.
Namun, banyak ahli mengatakan kedekatannya dengan ujung landasan pacu menentang praktik terbaik dan kemungkinan membuat kecelakaan itu jauh lebih mematikan daripada yang seharusnya.
Desain landasan pacu "sama sekali (tidak)" memenuhi praktik terbaik industri, yang menghalangi struktur keras seperti tanggul dalam jarak setidaknya 300 meter (330 yard) dari ujung landasan pacu, kata John Cox, CEO Safety Operating Systems dan mantan pilot 737.
Tanggul beton bandara tampaknya kurang dari setengah jarak itu dari ujung trotoar, menurut analisis Reuters terhadap citra satelit.
Pejabat Korea Selatan mengatakan itu sekitar 250 meter (273 yard) dari ujung landasan pacu itu sendiri, meskipun apron beraspal membentang melewati itu.
Pesawat itu tampak dalam rekaman video melambat dan terkendali saat keluar landasan, kata Cox. “Saat benda itu mengenai tanggul, maka itu akan berubah menjadi tragedi.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Turki: Pemerintah Baru Suriah Harus Ambil Alih Kamp-kamp ISI...
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengatakan pada hari Kamis (2/1) bah...