"Kecil itu Indah", Impresi pada Sebuah Karya Mini
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Luar biasa. Ini diluar dugaan saya. Banyak karya kecil (miniprint) bagus yang dipamerkan. Idenya segar dan pengerjaannya (eksekusi) rapi." kata kolektor benda seni Oei Hong Djien (OHD) saat mencermati sebuah karya kolase kertas bergambar proklamator RI Ir. Soekarno dan beberapa karya kecil lainnya. Kalimat tersebut diucapkan OHD sesaat setelah membuka pameran "Kecil itu Indah After Edwin's (KIIAE) #2" di MP art space II Jalan Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, Selasa (1/5) sore.
Dalam sambutan pembukaan OHD menjelaskan bagaimana peluang pasar karya seni dalam ukuran kecil (miniprint) cukup terbuka. Pertimbangannya mudah dibawa saat membeli serta pemajangannya bisa diletakkan pada satu dinding atau ruang yang sama untuk beberapa karya.
"Saya masih ingat, dulu Widayat pernah pameran di Jepang yang meminta Ajip Rosidi untuk memamerkan karya mini. Ukurannya kecil-kecil. Bawanya enak, ditenteng atau bisa dimasukkan ke koper, hard carry. (Karya mini) ini bisa menjadi trend. Kualitas (ide, eksekusi, material karya) ini yang harus diperhatikan." kata OHD dalam sambutannya.
Dua puluh sembilan seniman-perupa memamerkan karya dua-tiga matra dalam ukuran yang relatif kecil dibawah 40 cm. Dalam dimensi demikian memungkinkan pada sebidang dinding berukuran 2 m x 3 m dipajang empat sampai lima karya mini dimana masing-masing karya tetap bisa berbicara tanpa saling mengganggu ataupun mengintervensi.
Pada sebidang dinding pameran, sebuah lukisan berjudul "Locked" (Desy Gitari) dalam ukuran 25 cm x 20 cm yang dipajang di atas karya lukisan Hari Budiono "Sebelum Siluet" berdampingan dengan karya tiga matra dari Trien Afriza, Tina Wahyuningsih. Enam karya panel Trien berjudul "Behind Closed Story #2" maupun karya Tina berbentuk boneka tetap terdisplay secara artistik-estetik baik berdiri sendiri sebagai sebuah karya ataupun bersama-sama sebagai penghias dinding.
Dalam karya berjudul "Artefish", Gunadi Uwuh membuat karya berukuran 20 cm x 15 cm dari medium plastik bekas pembungkus jajanan menggunakan teknik engraving dari solder listrik. Diakui Gunadi selain warna hitam yang berasal dari plastik pollybag atau tas kresek bekas, warna lain yang muncul sering tidak bisa diprediksikan.
"Dalam proses eksekusi lebih banyak bermain bentuk dan kontur. Warna yang muncul bisa berasal dari warna pembungkus ataupun efek panas dari alat penyolder. Yang sering terjadi justru diluar dugaan saya. Lebih impresif. Yang jelas detail tetap dipertahankan." jelas Gunadi pada satuharapan.com saat pembukaan KIIAE#2. Melengkapi karya mininya, Gunadi membingkai langsung dengan woordboard dengan akrilik warna hitam yang menyatu menjadi sebuah karya.
Dalam karya berukuran mini, seniman-perupa bisa memanfaatkan berbagai medium yang banyak tersedia di sekitarnya bahkan dari bahan bekas dan limbah. Teguh S Priyono dalam karya berjudul "The Dawn (after civil war)" memanfaatkan medium almunium dan bekas mainan serta bahan bekas lainnya menjadi sebuah karya instalasi yang menarik. Pematung Supar Madiyanto membuat lukisan kolase berukuran 40 cm x 40 cm dari kertas majalah bekas yang sangat detail dan impresif berjudul "Soekarno". Joko "Toying" Widodo membuat karya instalasi dengan lukisan potret Van Gogh di atas aluminium bekas minuman kaleng.
Dengan dimensinya yang kecil, ada baiknya Anda menggunakan kaca pembesar saat melihat karya yang dipamerkan untuk memunculkan detail dan impresinya. Pameran "KII #2" akan berlangsung hingga 4 Juni 2018 di Miracle prints art space I Jalan Suryodiningratan 34, Mantrijeron, Yogyakarta dan MP art space II Jalan Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...