Kecipir, Spesies “Supermarket” yang Hampir Terlupakan
SATUHARAPAN.COM – Kecipir memang tidak sepopuler buncis, atau kacang panjang. Tidak setiap hari pula orang dapat menjumpainya di pasar-pasar tradisional, apalagi di pasar swalayan. Padahal, pada tahun 1960-an, kecipir dipromosikan secara internasional sebagai tanaman serbaguna. Kecipir dijuluki "one species supermarket" dengan melihat potensi seluruh bagian tanamannya.
Hingga kini para ahli, menurut Wikipedia, masih berbeda pendapat mengenai asalnya. Selain banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, persebaran kecipir mencapai India, Afrika, kawasan kepulauan di Pasifik, hingga Jepang.
Dalam bahasa Inggris, mengutip dari Wikipedia, tanaman ini disebut winged bean, winged pea, four-angled bean dengan mengacu pada bentuk buahnya, atau juga goa bean dan asparagus pea.
Di Asia, kecipir dikenal dengan berbagai nama, seperti kacang botol (Malaysia), kalamismis atau sigarilyas (dalam bahasa Tagalog di Filipina), dambala (Sinhala), sirahu avarai (Tamil).
Sebagian wilayah Asia Tenggara menyebutnya dragon bean (Vietnam), dan mountain bean (Laos, Thailand), dalam bahasa lokal. Di Tiongkok disebut four corner atau square bean dalam bahasa lokal, sama dengan di Jepang (shikaku-mame). Warga Mauritius menyebutnya le foie carre.
Di Sumatera, selain dikenal sebagai kacang botol, juga dikenal sebagai kacang belingbing di kawasan pantai barat Sumatera, dan Minangkabar. Nama-nama lainnya ialah kacang embing (Palembang), jaat (Sunda), cipir, cicipir, kecipir (Jawa), kelongkang (Bali), biraro (Manado, Ternate.
Berbagai nama itu disatukan oleh nama ilmiah, Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.
Kecipir adalah tumbuhan merambat anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Batangnya silindris, beruas-ruas. Berakar banyak, sebagian di antaranya menebal, membentuk umbi.
Kecipir berdaun majemuk, dengan pertulangan menyirip, berwarna hijau.
Bunganya tipe kupu-kupu, tumbuh dari ketiak daun, agak berbulu. Bunganya berkelamin dua, berwarna hijau hingga merah-ungu gelap, dengan mahkota biru, biru pucat, krem, atau kemerahan.
Seluruh Bagian Tanaman Berkhasiat Obat
Indonesia, seperti disebutkan dalam penelitian Setijati Sastrapradja dan tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, merupakan salah satu dari negara-negara yang menangani penelitian kecipir, bahkan menyediakan bibit bagi negara-negara lain yang memerlukan. Penelitian kecipir di Indonesia dikembangkan pada dekade 80.
Biji kecipir memiliki kandungan protein tinggi (27,8-36,6 persen), demikian pula kandungan lemaknya (14,8-17,9 persen), yang menyerupai kandungan zat-zat itu pada kedelai. Biji tersebut juga mempunyai banyak kandungan fosfor, kalsium, dan magnesium. Kandungan kalsium tertinggi didapati pada daun-daunnya.
Tumbuhan ini juga mengandung karbohidrat, vitamin C, serta tocopherol, sejenis antioksidan untuk membuat tubuh lebih banyak menyerap vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, dan air, menurut penelitian National Research Council, Amerika Serikat, pada 1975.
Di Indonesia, kecipir umumnya ditanam untuk diambil buahnya yang muda. Daun-daun yang muda dikonsumsi sebagai sayuran.
Umbi akarnya dapat dimakan setelah direbus, rasanya mirip bengkuang.
Biji-bijinya yang tua dimakan setelah disangrai terlebih dulu.
Daunnya berkhasiat obat. Ekstrak daun kecipir pada masa lalu digunakan untuk mengobati mata yang bengkak dan sakit telinga. Daun kecipir yang diremas dan dicampur adas pulasari digunakan sebagai obat bisul. Secara tradisional, masyarakat di kawasan tertentu Malaysia memanfaatkan kecipir sebagai obat herbal untuk cacar air dan vertigo.
Biji dan daun mengandung flavonoid, saponin, dan tanin. Hasil penelitian juga menunjukkan biji kecipir dapat dimanfaatkan sebagai susu, seperti susu kedelai.
Kecipir tergolong tumbuhan penutup tanah dan pupuk hijau efektif karena pertumbuhannya sangat cepat dan termasuk sebagai pengikat nitrogen dari udara yang paling baik. Dalam budidaya, tidak diperlukan sama sekali pemupukan N.
Pemanfaatan seluruh bagian tumbuhan ini membuatnya memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti apat dilihat di Burma. Masyarakat tertentu Afrika memanfaatkannya sebagai pakan ikan lele, makanan mewah bagi mereka.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...