Kecombrang, Rempah Berpotensi Antibakteri
SATUHARAPAN.COM – Tidak sulit menandai tanaman kecombrang. Sosoknya tak jauh berbeda dengan tanaman lengkuas dan jahe, sedangkan bunganya berwarna merah berbentuk gasing, dan buahnya berbentuk bongkol. Tampilannya sangat cantik, sehingga sering juga ditanam sebagai tanaman hias di halaman rumah.
Kecombrang dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan masakan untuk sambal dan bumbu ayam goreng, karena rasanya yang unik dan mampu menambah selera makan. Di Pekalongan, kecombrang yang diiris halus dijadikan campuran pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka muda.
Di Malaysia dan Singapura, kecombrang menjadi unsur penting dalam masakan laksa. Di Tanah Karo, buah kecombrang muda disebut asam cekala. Kuncup bunga serta "polong"-nya menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo, juga menjadi peredam bau amis sewaktu memasak ikan.
Di Palabuhan Ratu, buah dan bagian dalam pucuk kecombrang sering digunakan sebagai campuran sambal untuk menikmati ikan laut bakar. Di Sulawesi Selatan, tanaman dan buah kecombrang disebut "patikala", bumbu masakan untuk ikan kuah kuning atau pallu mara, juga masakan kapurung di daerah Luwu.
Kecombrang merupakan salah satu tanaman rempah dan obat yang memiliki potensi sebagai antioksidan dan antibakteri. Sri Sugati Syamsuhidayat dan Johnny Ria Hutapea, dalam bukunya Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi ke-1, yang diterbitkan Balitbang Depkes, menyebutkan kecombrang bermanfaat sebagai penghilang bau badan dan bau mulut.
Sedangkan Dr Eric Wei Chiang Chan, Lim Yau Yan, dan Mohammed Omar dari School of Science Monash University Selangor, Malaysia, dalam penelitian yang berjudul “Antioxidant and Antibacterial Activity of Leaves of Etlingera Species (Zingiberaceae)”, melihat adanya aktivitas antioksidan dan antibakteri pada daun kecombrang.
Selain sebagai penambah citarasa masakan, menghilangkan bau badan, bau mulut, bahan pembuat kosmetik, kecombrang juga dimanfaatkan sebagai obat luka.
Manfaat lain dari kecombrang adalah sebagai sabun, dengan cara mememarkan pelepah daun kecombrang hingga keluar busa yang harum yang langsung dapat digunakan sebagai sabun. Selain itu pelepah yang menyatu menjadi batang semu dahulu digunakan sebagai bahan anyam-anyaman. Setelah diolah dengan cara mengeringkan dan merendam selama beberapa hari dan berkali kali, batang semu juga bisa digunakan untuk bahan dasar kertas yang baik. Selain itu daun dan buahnya yang berwarna kuning setelah ditumbuk biasanya digunakan sebagai racun untuk menangkap ikan.
Nama Ilmiah dan Nama Lokal
Tanaman kecombrang, menurut Wikipedia berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan. Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas, dengan tinggi mencapai 5 meter.
Batang-batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya, tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun. Rimpangnya tebal, berwarna krem, merah jambu ketika masih muda.
Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di batang semu, helaian daun jorong lonjong, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.
Bunga kecombrang dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang, dengan daun pelindung bentuk jorong, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar. Kelopak bentuk tabung, mahkota bentuk tabung, merah jambu.
Buahnya berjejalan dalam bongkol hampir bulat, masing-masing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji banyak, cokelat kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau kemerahan yang berasa masam.
Kecombrang memiliki nama ilmiah Etlingera elatior. Sri Sugati Syamsuhidayat dan Johnny Ria Hutapea, menyebutkan kecombrang memiliki beberapa nama lain, yakni kincung (Medan), kincuang dan sambuang (Minangkabau), siantan (Malaya). Di Bali, tanaman ini disebut kecicang, sedangkan batang mudanya disebut bongkot, dan keduanya bisa dipakai sebagai bahan sambal (sambel matah).
Kola, tere, acemsitu, cekala, dan puwar kinjung adalah nama yang biasa dipakai di Sumatera. Nama lain adalah honje, rombeka, combrang, kecombrang, kecumbrang, dan cumbrang (Jawa), atimengo, bubogu, dan katimbang (Sulawesi), petikala kecombrang (Maluku), kalo (Gayo), katinbung (Makassar), salahawa (Seram), petikala (Ternate).
Di luar negeri, tanaman ini dikenal dengan nama ginger bud (Inggris), xiang bao jiang (Tiongkok), gingembre aromatique (Prancis), kantan (Malaysia), boca de dragon (Spanyol), dan kaa laa (Thailand).
Manfaat Herbal Tanaman Kecombrang
Tanaman kecombrang baik daun maupun bunganya memiliki banyak kandungan kimia yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan kimiawi yang terdapat dalam tanaman kecombrang antara lain, senyawa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoi, triterpenoid, steroid.
Tanaman kecombrang juga memiliki kandungan glikosida yang berperan sebagai antimikroba dan antioksidan. Antimikroba adalah bahan yang bisa mencegah pertumbuhan bakteri khapang dan khamir pada makanan
Menurut Eric Wei Chang Chan dan tim, di Malaysia, buah kecombrang digunakan secara tradisional untuk mengobati sakit telinga, sementara daun digunakan untuk membersihkan luka. Daunnya dicampur dengan bumbu aromatik lainnya digunakan oleh perempuan untuk mandi setelah melahirkan karena dapat menghilangkan bau tubuh .
Sedangkan tim peneliti Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, seperti dikutip dari jurnal.usu.ac.id, meneliti formulasi lipstik dengan menggunakan zat warna dari ekstrak bunga kecombrang . Warna dari bunga kecombrang disebabkan oleh flavonoid yaitu antosianidin. Antosianidin merupakan pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan dapat menggantikan pewarna sintetis. Ekstrak bunga kecombrang dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik.
Menurut Faridah Anim Mohd Jaafar, Che Puteh Osman, Nor Hadiani Ismail, dan Khalijah Awang dari Department of Chemistry, Faculty of Science, University of Malaya, Kuala Lumpur, dalam penelitian berjudul “Analysis of Essential Oils of Leaves, Stems, Flowers and Rhizomes of Etlinger aelatior”, yang diterbitkan The Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol 11, No 1 (2007), pada daun, batang, bunga, dan rimpang tanaman kecombrang menunjukkan adanya beberapa jenis minyak esensial yang kemungkinan bersifat bioaktif.
Sebelumnya, tim peneliti Departemen Kimia Fakultas Teknologi dan Sains Universitas Malaysia, dikutip dari The Malaysian Journal of Medical Sciences yang diterbitkan tahun 2005 , dalam penelitian berjudul “Antitumour Promoting and Cytotoxic Constituents of Etlingera Elatior”, menyimpulkan rimpang kecombrang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, dan bersifat sitotoksik dan antitumor.
Penelitan yang dilakukan tim dari Sekolah tinggi Kesehatan Bhakti Tunas Husada Tasikmalaya, seperti dikutip dari ejurnal.stikes-bth.ac.id, mengenai efektivitas ekstrak daun kecombrang (Etlingera elatior) sebagai antioviposisi nyamuk Aedes aegypti, menunjukan bahwa konsentrasi ekstrak daun kecombrang dengan konsentrasi lebih dari 15 persen efektif sebagai antioviposisi nyamuk Aedes aegypti.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengemukakan ekstrak batang kecombrang memiliki sifat analgesik dan aktivitas antiinflamasi.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...