Kehadiran Pemuda Yang Kritis Diperlukan untuk Mewujudkan Cita-cita Pancasila
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Masih diperlukan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Pancasila di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Untuk itu, diperlukan kehadiran pemuda dengan daya kritisnya.
Hal tersebut mengemuka dalam talk show bertajuk “Mewujudkan Masyarakat Majemuk yang Pancasilais” sebagai bagian dari Pertemuan Raya Pemuda Gereja (PRPG) 2024 di Kampus UKI Toraja, hari Jumat (1/11/2024).
Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Pdt. Pendeta Jimmy Sormin, menyatakan bahwa sejak awal berdirinya negara ini, telah ada kehendak untuk mewujudkan kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Namun, di sisi lain, praktiknya masih menghadapi kendala yang berkaitan dengan politik, ekonomi dan lingkungan. “Sejak mula, negara ini sudah punya kehendak untuk mewujudkan KBB, seperti yang ada di Pembukaan UUD 1945. Namun dalam praktiknya, masih ada persoalan dalam penerapan KBB, yang tidak terlepas dari dinamika politik, ekonomi, perusakan lingkungan,” katanya seperti diunggah di laman PGI.
Jimmy mengajak gereja dan masyarakat untuk terus aktif dalam memperjuangkan KBB sebagai bagian dari tanggung jawab bersama.
Hal senada juga disampaikan oleh Asfinawati dari STHI Jentera, yang menekankan bahwa Indonesia masih jauh dari pencapaian cita-cita Pancasila, khususnya dalam aspek kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial, serta persatuan.
“Kita masih jauh dari cita-cita Pancasila, baik dari sisi kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial, maupun dalam mewujudkan persatuan. Walau ada pengakuan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, namun jika dilihat dari perspektif kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), hukum, dan HAM, masih ada dilema yang kita hadapi,” kata Asfinawati.
Dia menekankan bahwa persoalan KBB dan hak asasi manusia tetap menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, baik negara maupun masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan nikai-nkkai Pancasila, peran dan kehadiran pemuda sangat diperlukan.
Jimmy Sormin menekankan pentingnya kehadiran pemuda dalam memperkuat eksistensi gereja di tengah bangsa. “Pemuda harus hadir, dengan mengembangkan cara membawa diri, merebut ruang-ruang kepercayaan. Dengan itu, gereja hadir untuk menampilkan citra Kristus yang benar-benar menjadi garam dan terang serta menjadi sahabat bagi semua orang,” katanya.
Menurut dia, partisipasi pemuda sangat menentukan bagaimana gereja hadir di masyarakat dan bagaimana nilai-nilai Pancasila seperti kemanusiaan dan persatuan diterapkan secara nyata. “Peran pemuda untuk keberlanjutan gereja dan bahkan bagi bangsa ini sangat krusial,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, dalam pernyataan penutupnya Asfinawati turut mengajak pemuda untuk bersikap kritis terhadap berbagai permasalahan bangsa.
Dia mengungkapkan kekagumannya terhadap pandangan kritis yang disampaikan selama diskusi dalam talkshow ini, yang mengingatkannya pada sosok SAE Nababan sebagai tokoh agama yang selalu berpegang pada kebenaran meskipun menghadapi risiko.
“Pendekatan kritis adalah kunci. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya mengajak untuk berkolaborasi dan berani mengatakan kebenaran,” katanya.
Asfinawati menekankan bahwa keberanian menyuarakan kebenaran dan berkolaborasi adalah langkah yang diperlukan agar pemuda dapat memainkan peran strategis dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian di Indonesia.
Dengan pemikiran dan semangat tersebut, para narasumber berharap pemuda dapat menjadi agen perubahan yang nyata dalam mewujudkan masyarakat yang Pancasilais, yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, dan persatuan di tengah keberagaman.
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...