Kekurangan Jemaat, 110 Gereja di Inggris Ditutup
INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Data yang diperoleh dari organisasi Church in Wales, menunjukkan 115 gereja Anglikan ditutup selama periode 10 tahun, sekitar 8 persen dari keseluruhan gereja yang ada. Sejauh ini tinggal 1.319 gereja yang masih digunakan.
Saat ini ada 11 bangunan gereja yang diiklankan untuk dijual di laman organisasi gereja tersebut.
Pihak dari organisasi Church in Wales mengatakan, penutupan gereja-gereja tersebut adalah 'masalah yang signifikan' dan meski tingkat penjualannya tetap stabil, namun sepertinya lamban.
Kepala bagian properti, Alex Glanville, mengatakan mereka memutuskan untuk mengambil pendekatan regional terhadap permasalahan gereja-gereja itu, dan tidak membiarkan setiap gereja untuk memecahkan masalahnya masing-masing.
"Kami mengelompokkan paroki dan jemaat, sekitar 10-15 gereja di suatu daerah, dan mempertimbangkan mana yang bisa dipertahankan."
"Jadi kurang lebih ini merupakan suatu strategi mana yang bisa berkesinambungan dan di mana tempat terbaik untuk melakukannya?"
Lembaga National Churches Trust mengatakan, tingkat penutupan gereja-gereja di Wales relatif lebih tinggi daripada di Inggris, dengan rasio perbandingan penduduk, dengan sekitar 20 gereja yang ditutup setiap tahunnya.
Glanville mengatakan, salah satu masalah di Wales adalah, terlalu banyak bangunan gereja di kawasan yang sedikit penduduknya, selain yang letaknya di "tempat-tempat terpencil" serta penurunan jumlah jemaat yang beribadah di gereja.
Sensus terbaru mencatat Wales sebagai negeri dengan jumlah tertinggi orang yang tidak beragama di Inggris Raya.
"Bukan berarti gereja harus ditutup jika jumlah jemaatnya sedikit. Orang-orang yang inovatif bisa memikirkan banyak cara untuk membuat gereja tampil dengan fungsi yang berbeda di masyarakat," katanya.
Baru-baru ini, lembaga Trust Gereja National melakukan survei terhadap berbagai gereja di Wales. Mereka menemukan masalah terbesar yang dihadapi adalah penurunan jumlah jemaat dan kesulitan menarik para jemaat baru.
Mereka menyimpulkan, untuk menarik lebih banyak orang beribadah di gereja, penyediaan fasilitas baru sebagai kunci untuk membantu mereka tetap terbuka
Eddie Tulasiewicz, yang mengepalai bagian komunikasi di lembaga Trust ini mengatakan, dia yakin setiap minggunya ada kapel yang ditutup, namun sulit untuk memperkirakannya dengan tepat karena beragamnya aliran.
Dia mengatakan, masa depan bangunan-bangunan gereja yang terancam ditutup tergantung pada berbagai faktor, termasuk lokasi dan jumlah penduduk, namun dia mengakui 'sejumlah bangunan gereja' memang tidak memiliki masa depan.
"Apa yang dibangun pada abad ke-19 untuk menampung 6.000 hingga 10.000 orang menyusut menjadi 2.000 atau 3.000 orang dan tidak ada lagi orang-orang yang beribadah di sana.
"Yang bisa dipikirkan adalah apa yang bisa dilakukan dengan bangunan-bangunan ini di luar tujuan agama. Bangunan-bangunan itu bisa digunakan untuk pertemuan dan konser musik.
"Kemungkinan lain adalah tujuan sejarah dan pariwisata. Banyak gereja dan kapel yang begitu indah dan orang-orang akan sangat senang mengunjunginya."
Lembaga National Churches Trust, adalah salah satu badan yang memberikan hibah untuk membantu proyek renovasi, menyumbang dana senilai £500.000 atau Rp9 miliar di Wales selama lima tahun terakhir. (bbc.com)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...