Kelas Memasak Pulihkan Kesehatan Pecandu Narkoba
BOSTON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah rumah sakit di Boston menawarkan kelas memasak untuk pasien-pasien yang sedang dalam pemulihan dari kecanduan.
Selama bertahun-tahun, Pusat Medis Boston menawarkan kelas-kelas masak yang dibuat untuk kondisi-kondisi kesehatan tertentu seperti sakit jantung dan diabetes.
Selain itu, rumah sakit ini juga menyediakan makanan untuk pasien dari masyarakat kurang mampu yang diharuskan mengonsumsi makanan segar sebagai bagian dari perawatan.
Kelas terbaru adalah “Cooking for Recovery” atau “Masak untuk Pemulihan.” Dan ini menjadi tren ke arah perawatan dengan pendekatan komprehensif untuk menyembuhkan kecanduan.
“Perawatan kesehatan yang baik lebih dari sekadar layanan klinis langsung,” kata Michael Botticelli, direktur eksekutif dari Pusat Perawatan Kecanduan Grayken di rumah sakit tersebut dan mantan direktur Kebijakan Pengendalian Obatan-obatan Nasional di Gedung Putih.
“Pemulihan tidak sekadar berhenti menggunakan alkohol dan obat-obatan. Ini tentang bagaimana kita mengembalikan para pasien agar memiliki kesadaran mengenai kesehatan dan kesejahteraan.”
Dalam sebuah kesempatan, ahli gizi dan chef Tracy Burg terus membagikan saran-saran sembari memandu para peserta memasak makanan dari ayam, pasta dan sayuran.
Felicia Young, bergabung dengan Burg di belakang kompor dapur peraga, sambil memotong sayur zucchini sesuai instruksi Burg. Di ujung meja bertumpuk bahan makanan, seperti permen, soda dan kudapan gorengan, yang bertuliskan “Pencerah Suasana Hati.”
“Kamu pastinya tidak mau hanya makan kentang goreng,” kata Burg.
Meski kecanduan sering mengakibatkan berkurangnya nutrisi penting bagi tubuh, perawatan tubuh dan gizi sering kali diabaikan selama masa pemulihan, kata Burg. Banyak yang akhirnya mengidam makanan manis yang mengaktifkan area yang sama di otak yang menjadi target obat-obatan, kata dia.
Hal ini, bisa berakibat kenaikan dan penurunan kadar gula darah, kenaikan berat badan dan kemungkinan kembali kecanduan.
“Ini adalah lingkaran setan,” kata dia.
Salah seorang peserta kelas memasak mengatakan kepada Burg bahwa dia makan dua kantong gulali setiap hari, dan satu kantong lagi pada malam hari untuk “membantunya tidur.”
Tujuan Burg adalah untuk mendorong para peserta agar memilih makanan sehat, seperti beras cokelat atau gandum utuh yang bisa membuat kenyang lebih lama dan memberikan asupan gizi untuk pemulihan.
“Banyak orang yang sedang pemulihan dari kecanduan alkohol dan narkoba, pencernaan mereka bermasalah karena semua bakteri baik mereka sudah hancur,” kata Burg.
“Namun makan makanan berserat sebenarnya memberi makan bakteri sehat dalam perut dan mengembalikan mikrobioma sehat. Jadi, nutrisi memainkan peranan penting dalam proses pemulihan.”
Young, yang sudah pulih selama satu setengah tahun, mendengar tentang kelas memasak ini dari dokternya.
“Saya sudah terbiasa memasak di dapur. Tapi saya ingin datang untuk mendapat lebih banyak tips bagaimana untuk menajamkan rasanya,” kata dia. “Selama saya berpartisipasi, saya menikmatinya. Saya bosan kalau hanya duduk dan menonton.”
Young mengatakan, program pengobatan kecanduan di rumah sakit itu telah membantunya menata kehidupan. Dia jarang memikirkan dampak mengonsumsi makanan sehat terhadap program penyembuhan sampai dia mengikuti kelas memasak tersebut.
“Saya tidak tahu kalau memasak bisa jadi bagian pemulihan,” katanya.
Meski beberapa pusat-pusat pengobatan kecanduan mempekerjakan ahli gizi, dan memasukkan program gizi untuk para pasien, para pejabat di Pusat Medis Boston mengatakan mereka tidak mengetahui program memasak yang sama di pusat medis lainnya.
Namun pendekatan mereka menarik perhatian Pusat Medis Dartmouth Hitchcock di New Hampshire.
Program Pengobatan Kecanduan Perinatal untuk ibu hamil dan para ibu, termasuk program makanan “grab and go” yang memberikan para pasien kantung berisi kudapan buah, sayuran dan casserole. Kantung kudapan ini bisa dibawa pulang setelah pertemuan kelompok pemulihan.
Dapur makanan ini dikelola oleh Upper Valley Haven, organisasi nirlaba dekat Vermont, yang menawarkan makanan, tempat perlindungan dan dukungan lainnya untuk masyarakat miskin. Para pejabat rumah sakit Dartmouth-Hitchcock mengunjungi dapur uji coba Boston dan dapur makanan untuk mendapatkan inspirasi.
Daisy Goodman, seorang perawat ahli di Dartmouth-Hitchcock mengatakan, para perempuan sering datang ke klinik dengan membawa donat atau minuman kopi manis.
“Jelas mereka tidak makan banyak makanan bergizi,” kata Goodman. “Jadi kami mulai fokus pada menyediakan makan yang bisa segera siap dan disajikan, karena para perempuan ini datang dalam keadaan lapar.”
Daripada menawarkan kelas memasak, Dartmouth-Hitchcock bekerja sama dengan para pasien untuk membuat buku masak dengan resep-resep makanan sehat, kata Goodman. Namun prinsip-prinsip dasarnya menggunakan program Boston dan New Hampshire.
“Menurut saya, pertanyaan inti yang selalu kami tanyakan ketika kami menyediakan layanan kepada para pasien adalah ‘apakah layanan ini bisa benar-benar diakses?” kata dia. “Itulah keuntungan program-program komprehensif yang memberikan berbagai layanan di satu lokasi.” (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...