Keliru Membangun Akibatkan Kota Rentan Bencana
BANDUNG, SATUHARAPAN - Pembangunan kota dan pemukiman yang inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan merupakan salah satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Manajemen bencana, harus jadi jantung dalam perencanaan pembangunan kota. Kekeliruan pembangunan akan membentuk kerentanan lingkungan dan akhirnya jadi siklus bencana,” kata Jan Sopaheluwakan, peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), saat menjadi narasumber dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan yang diselenggarakan di Bandung pada Senin (23/5) lalu, seperti dikutip dari lipi.go.id.
Menurut Jan, yang kini aktif di Indonesia International Institute for Urban Resilience & Infrastructure ini, kota yang menitikberatkan pada pembangunan berbasis penggunaan lahan tanah dan tanpa didukung sistem transportasi massal yang baik, pelan-pelan akan menuju ke titik nol.
“Daerah-daerah penyangga yang harusnya untuk lahan pertanian berubah menjadi hunian, lahan subur hilang dan akhirnya memicu kerentanan pangan,” kata Jan. Menurutnya, siklus bencana yang lambat seperti ini jauh lebih berbahaya daripada bencana seperti banjir atau tsunami.
Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan sendiri diselenggarakan Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Beragam aktivitas seperti seminar nasional, diskusi panel, pameran, dan kunjungan lapangan menjadi bagian dari kegiatan yang saat ini sudah memasuki tahun ketiga penyelenggaraan.
Di sesi pameran LIPI menampilkan hasil penelitian yang terkait dengan kebencanaan seperti LIPI WISE-LAND atau Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring. LIPI WISE-LAND merupakan, sistem pemantauan gerakan tanah hasil penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi dan Pusat Penelitian Fisika LIPI.
Alat ini dilengkapi dengan empat unit tiltmeter, yakni alat untuk mendeteksi perubahan kemiringan permukaan tanah, akibat pergerakan lereng. Selain itu juga terpasang ekstensometer yakni perangkat elektronika yang berfungsi mengukur parameter pergeseran tanah.
Semua peralatan, menggunakan teknologi nirkabel, dan mempunyai keunggulan dapat mencakup wilayah pemantauan yang lebih luas. Saat ini LIPI WISE-LAND diaplikasikan di kampung Sidamukti dan Babakan Salam, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat yang lereng-lereng di sekitarnya mengalami retakan pada tahun lalu.
Selain itu, LIPI juga menampilkan alat peraga pendidikan kesiapsiagaan bencana, untuk masyarakat yang telah digunakan oleh masyarakat di daerah-daerah yang rawan, dan pernah terkena bencana seperti Biak, Maumere, dan Yogyakarta. Dalam pameran yang diikuti oleh 34 lembaga negara, institusi pendidikan, serta industri tersebut, stand LIPI memperoleh peringkat ketiga untuk stand terbaik.
Editor : Bayu Probo
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...