Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Serukan Lawan Junta Militer
Hari Sabtu, junta militer Myanmar membunuh sedikitnya 50 orang pengunjuk rasa.
YANGON, SATUHARAPAN.COM-Faksi etnis bersenjata di Myanmar tidak akan berdiam diri, jika pasukan junta militer terus membunuh pengunjuk rasa, kata pemimpin salah satu kelompok bersenjata utama pada hari Sabtu (27/3).
Pasukan keamanan Myanmar menembak dan menewaskan sedikitnya 50 pengunjuk rasa pada hari Sabtu, menurut laporan berita dan saksi mata. Ini tindakan keras brutal terhadap perbedaan pendapat yang dilakukan pemimpin junta yang berkuasa yang mengatakan bahwa militer akan melindungi rakyat dan berjuang untuk demokrasi.
"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari angkatan bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang," kata Jenderal Yawd Serk, ketua Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan-Selatan (RCSS), kepada Reuters.
“Ini bukan untuk melindungi demokrasi juga, tapi bagaimana mereka merusak demokrasi... Jika mereka terus menembaki pengunjuk rasa dan menindas orang, saya pikir semua kelompok etnis tidak akan hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa."
Bentuk Tentara Federal
RCSS, yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand, adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta tersebut dan berjanji untuk berdiri bersama para pengunjuk rasa. Dua lusin faksi etnis bersenjata Myanmar menguasai sebagian besar negara itu.
Berbicara pada parade militer sebelumnya, pemimpin junta, Jenderal Min Aung Hlaing, mengatakan tugas militer adalah melindungi rakyat dan mempromosikan demokrasi, mengulangi janjinya akan pemilihan baru yang dilakukan setelah tentara ketika mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari.
Junta mengatakan pemungutan suara 8 November, yang dimenangkan secara telak oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, dicurangi, memaksa militer untuk mengambil kendali.
Korban penembakan terbaru akan membuat total korban tewas menjadi lebih dari 340 dalam upaya militer untuk membasmi protes luas terhadap kudeta.
Banyak pengunjuk rasa menyerukan pembentukan tentara federal dan Yawd Serk mengatakan dia mendukung itu. “Kelompok etnis bersenjata sekarang memiliki musuh yang sama dan kita perlu bergandengan tangan dan melumpuhkan mereka yang menyakiti rakyat. Kita harus bersatu,” katanya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...