Kelompok Perlawanan Afghanistan Klaim Kuasai Dua Distrik di Utara
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pasukan yang bertahan melawan Taliban di Afghanistan utara mengatakan mereka telah merebut tiga distrik dekat lembah Panjshir di mana sisa-sisa pasukan pemerintah dan kelompok milisi lainnya berkumpul.
Menteri Pertahanan, Jenderal Bismillah Mohammadi, yang telah bersumpah untuk melawan Taliban, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa distrik Deh Saleh, Bano dan Pul-Hesar di Provinsi Baghlan, tetangga di utara Panjshir telah diambil.
Belum jelas pasukan apa yang terlibat tetapi insiden itu menambah indikasi penentangan terhadap Taliban yang merebut kekuasaan dalam kampanye kilat yang membuat mereka merebut semua kota utama Afghanistan dalam sepekan.
Stasiun televisi lokal Tolo News mengutip seorang komandan polisi setempat yang mengatakan bahwa distrik Bano di Baghlan berada di bawah kendali pasukan milisi lokal dan mengatakan ada banyak korban. Taliban belum mengomentari insiden itu.
Mantan Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, dan Ahmad Massoud, putra mantan komandan Mujahidin anti Soviet, Ahmad Shah Massoud, telah bersumpah untuk melawan Taliban dari Panjshir, yang memukul mundur pasukan Soviet dan Taliban pada 1980-an dan 1990-an.
Orang-orang yang dekat dengan Massoud mengatakan bahwa lebih dari 6.000 pejuang, yang terdiri dari sisa-sisa unit tentara dan Pasukan Khusus serta kelompok-kelompok milisi lokal, telah berkumpul di lembah itu. Mereka mengatakan mereka memiliki beberapa helikopter dan kendaraan militer dan telah memperbaiki beberapa kendaraan lapis baja yang ditinggalkan oleh Soviet.
Tampaknya tidak ada hubungan antara kelompok-kelompok di Panjshir dan demonstrasi yang tampaknya tidak terkoordinasi di beberapa kota timur dan ibu kota Kabul di mana para pengunjuk rasa mengibarkan warna merah hijau dan hitam, bendera nasional Afghanistan.
Tapi mereka menggarisbawahi masalah yang mungkin dihadapi Taliban saat mereka mulai mengkonsolidasikan kemenangan cepat mereka.
Taliban sejauh ini belum mencoba memasuki Panjshir, yang masih dipenuhi puing-puing kendaraan lapis baja Soviet yang hancur dalam pertempuran lebih dari 30 tahun lalu.
Tetapi para diplomat Barat dan lainnya telah menyatakan skeptisisme tentang kemampuan kelompok-kelompok yang berkumpul di sana untuk melakukan perlawanan yang efektif mengingat kurangnya dukungan dari luar dan kebutuhan untuk memperbaiki dan memelihara senjata.
Uni Soviet menduduki Afghanistan pada kurun 1979-1989, meninggalkan negara itu setelah 15.000 tentaranya tewas dan puluhan ribu terluka. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...