Keluarga Bahagia: Harapan Indah Cinta Merekah
SATUHARAPAN.COM - Setiap keluarga selalu memiliki mimpi dan harapan. Itulah sebabnya ada segudang mimpi dan keindahan sekaligus harapan tatkala sebuah keluarga diawali dan dibangun. Perjumpaan seorang laki-laki dan perempuan dalam ikatan cinta dan akhirnya dipersatukan dalam keluarga membawa mimpi dan harapan itu sepanjang usia pernikahan mereka. Apakah mewujudkan mimpi dan harapan keluarga mudah dan selalu berakhir indah? Akankah berakhir dalam Happy ending atau sad ending? Semua keluarga mengharapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera, diberkati dan mendapatkan keturunan untuk melanjutkan generasi. Jika mimpi dan harapan itu begitu berharga sepatutnya semua pihak harus berdoa dan berjuang mewujudkannya. Narasi “Keluarga Cemara” yang sangat legend, membuka mata bahwa keluarga bahagia bukanlah keluarga yang berjalan mulus sempurna. Keluarga bahagia adalah keluarga yang berhadapan dengan dinamika relasi anggotanya, dan tantangan yang menderanya. Namun pada akhirnya keluarga bisa tetap utuh dipertahankan sambil menarik pembelajaran yang mendewasakan para anggota keluarganya untuk bangkit, belajar dan beradaptasi semakin utuh dan tangguh.
Faktanya
Faktanya ada begitu banyak keluarga membangun rumah tangga dengan beban luka-luka masa lalu yang belum disembuhkan dan dipulihkan. Luka-luka itu ditandai dari rasa sakit hati yang masih menggores dan membekas karena pengasuhan orang tua masa lalu yang otoriter, atau sebaliknya pengasuhan permisif yang mengabaikan tanpa ada sentuhan kasih sayang dan perhatian. Banyak keluarga yang dibangun dengan mimpi bahagia diawal akhirnya berujung pada keretakan dan perpisahan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2022, sebanyak 447.743 kasus perceraian terjadi pada tahun 2021. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 291.677 perkara. Ini bukanlah fakta yang hanya cukup dibayangkan, namun keadaan yang sangat disayangkan, bukan?.
Minimnya pembekalan dan kesiapan pasangan dalam memasuki pernikahan, serta kurangnya pendampingan melewati masa-masa krisis keluarga menjadi penyebab keluarga menjadi rapuh dan tidak utuh. Berbagai faktor seperti ketidakmatangan emosi, kurangnya kemandirian ekonomi, buruknya pola relasi dan komunikasi, tidak mampu menemukan dan mengembangkan bahasa cinta (kata-kata afirmasi, pemberian hadiah, waktu berkualitas, pelayanan praktis dan sentuhan fisik) (G. Chapman, 1992) menjadi pemicu dan pemacu keretakan keluarga. Ditambah lagi konsepsi sukses dimana banyak ukuran keberhasilan dan kebahagiaan keluarga diletakan hanya terbatas pada kesuksesan materi, akhirnya justru menjerumuskan keluarga-keluarga jatuh pada keserakahan materialisme yang hidup untuk kenikmatan dan kemewahan semata-mata. Mengejar keinginan dan kebutuhan, dan mati rasa terhadap kepada kepeduliaan dan kepekaan untuk saling menolong dan peduli kepada sesama.
Mimpi Indah, Cinta Merekah
Mimpi keluarga yang indah hanya bisa diwujudkan dengan Cinta yang merekah. Karena CINTA mampu melihat keindahan merupakan ungkapan yang tepat. Cinta merupakan anugerah terindah di dunia ini. Setiap orang memiliki perasaan cinta yang besar akan suatu hal, baik itu untuk dirinya sendiri, orang lain, bahkan kepada pada Tuhannya, dan masih banyak bentuk cinta lainnya. Jika kita pernah jatuh cinta pada seseorang, maka kita akan tahu bahwa cinta itu begitu indah dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan ketika jatuh cinta, seseorang sulit menemukan alasan mengapa bisa jatuh cinta. Rasa itu datang dengan sendirinya, membuat mereka tak berhenti memikirkan yang dicintai itu, sekaligus melakukan segala sesuatu sekuat daya untuk membahagiakan yang dicintainya.
Kehidupan keluarga yang utuh diidamkan semua pihak termasuk anggota-anggota keluarganya. Maka dalam perjalanan berkeluarga masing-masing pasangan dan anggota keluarga harus mampu memberikan pengampunan terhadap kesalahan atau kekeliruan anggota keluarganya sambil menuntun dengan sabar dalam kebenaran. Menemukan benih kualitas kebaikan pada diri anggota keluarga, berarti juga mampu menemukan kebaikan pada pribadi-pribadi anggota keluarga sebagai jembatan untuk memberikan ruang kasih dan anugerah dan menjembatani perbedaan yang tajam satu dengan yang lain. Melihat kelebihan artinya memandang dengan kacamata positif kepada pasangan ataupun sesama anggota keluarga dan meyakini bahwa setiap orang memiliki kelebihan pada dirinya masing-masing (juga kekuranganya). Melihat kelebihan adalah cara memandang dengan keindahan dan membangun jembatan untuk menabur benih kebaikan. Setiap keluarga perlu membangun kebiasaan positif dengan merayakan momen-momen dimana keberhasilan dan pencapaian dirayakan bersama, namun disaat bersamaan kesedihan dan kedukaan juga dipikul bersama. Senasib sepenanggungan dalam belarasa cinta yang menguatkan dan meneguhkan. Karena setiap keluarga mengalami pasang dan surut kehidupan, kehidupan yang naik dan kadang turun dan disitulah setiap keluarga perlu menciptakan ruang untuk mengingat momen dan sekaligus merayakan pertolongan Tuhan sebagai kepala atas keluarga dalam melewati setiap krisis dan kesulitan.
Quote:
“Keluarga bahagia adalah idaman, karena itu doakan dan upayakan. Keluarga utuh adalah dambaan, oleh karenanya tak cukup mengeluh dan saling menyalahkan. Bulatkan tekad secara penuh dan tebarkan cinta sejati dalam keluarga yang saling menguatkan dan menyejahterakan.
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...