Keludku, Meletuslah dalam Gerak yang Gagah dan Damai
"Jka meletus kuminta jangan melukai saudara-saudaraku di sekitar lerengnya; meletuslah dalam gerak yang gagah dan damai"
SATUHARAPAN.COM - Malam ini (Jumat 14 Februari 2014 ) di pengungsian di Balepamitran GKJW Segaran, Desa Sugihwaras, Wates, Kediri, terasa tenang. Sebagian warga, pria pulang menjaga sapi, kambing, hewan peliharaan. Gunung Kelud, kembali hening, kembali tentram.
Biarlah kami mengingat bahwa sekalipun kami sekolah tinggi, mengerti canggihnya teknologi, sesungguhnya menghormati bumi, memuliakan dan hidup rendah hati bersama alam adalah hikmat pekerti sejati dasar kebahagiaan. Terimakasih engkau mengajak kami manusia di zaman ini untuk kembali eling menapak ke asal mula penciptaan sejati dan menghayati di bumi seperti di surga.
Kenangan Masa Kecil
Sabtu Pon, 10 Februari 1990, jam setengah satu siang Gunung Kelud meletus. Waktu itu musim rambutan sangat lebat. Aku berangkat mengungsi lebih dulu naik sepeda sambil membawa sarung dan beberapa pakaian. Sementara bapak menjemput kakak serta mengungsikan mbah buyut yang sudah sepuh dan tuna netra.
Jam satu siang langit mulai meredup tertutup abu gunung. Jam dua langit gelap pekat mengalahkan malam. Hujan abu deras membalut bumi Blitar dan sekitar. Di masa bocah, mengalami peristiwa bencana rasanya memang aneh. Aneh satu segi khawatir, lain hal menimbulkan pengalaman terlibat dalam cerita nyata hidup di dunia.
Hujan abu begitu deras. Pohon-pohon roboh tak kuat menyangga abu. Namun, ada yang mengasyikan, saat menemui pohon rambutan binjai tumbang. Kami menyerbu berebutan buahnya. Aku ingat, aku memunguti hingga penuh satu sarung besar yang kami ikat ujungnya, penuh dengan buah rambutan binjai. Buah rambutan dari pohon yang tumbang di samping pengungsian kukumpulkan ke dalam sarung. Enak sekali. Sudah matang semua. Di tengah bencana masih ada tawa canda waktu itu. Jam enam sore hujan lebat mengiringi hujan abu.
Malam semakin terasa. Ah bencana, engkau adalah nostalgia. Nyata ada, dan menandakan keberadaan hidup di dunia. Amboy inilah alam kita. 1919-1966-1990-2014. Gunung Kelud meletus dalam siklus dua puluh lima tahunan.
Bila mengingat siklus ini memang dimungkinkan Kelud waktunya meletus dan membawa berkah jangka panjang kesuburan bagi Blitar Raya.
Jika hendak meletus meletuslah. Jika tidak leremlah. Jika meletus kuminta jangan melukai saudara-saudaraku di sekitar lerengnya; meletuslah dalam gerak yang gagah dan damai.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...