Kemasan Bioplastik Harus Segera Diterapkan untuk Menjaga Lingkungan
HAMBURG, SATUHARAPAN.COM - Produsen minuman harus beralih menggunakan bioplastik yang bersumber dari biomassa terbarukan seperti lemak dan minyak atau pati dari jagung. Bioplastik merupakan inovasi baru dalam penggunaan botol plastik yang baik bagi lingkungan.
Coca-cola perusahaan minuman terbesar di dunia berharap suatu hari nanti produk botol minumannya berbasis dari tanaman seperti jagung atau tebu. Perusahaan minuman ringan raksasa asal Amerika sebelumnya sudah menggunakan produk botol yang terbuat dari sumber daya biomassa yang terbarukan.
Kebanyakan botol plastik saat ini masih terbuat dari sumber daya bahan bakar fosil seperti minyak bumi. Tapi sekarang banyak perusahaan minuman berpikir bahwa bioplastik yang berasal dari sumber daya terbarukan merupakan alternatif yang baik jika dilihat dari sisi ekonomi dan lingkungan.
Disisi lingkungannya adalah agar produsen sadar lingkungan dan juga penggunaan botol bioplastik tersebut dapat membantu mengurangi emisi karbon. Hal itu juga dapat menaikkan citra baik bagi penjualan produk mereka. Pemerintah diseluruh dunia menyetujui aturan yang mengatur produsen untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida mereka.
Salah satu bahan pembuatan bioplastik adalah polietilena tereftalat yang dikenal sebagai PET. Menurut para ahli industri ini, bahan plastik ini sangat ideal untuk minuman ringan berkarbonasi yang memerlukan daya tahan. Plastik ini juga tidak berwarna dan banyak mengandung minyak yang tinggi.
Saat ini coca-cola telah mengembangkan produk botol plastik mereka dengan menggunakan resin PET yang berbasis bio monoethylene glycol (MEG), sekitar 30% - 70% terbuat dari MEG purified terephthalic acid (PTA). Banyak perusahaan yang telah mengembangkan PTA dari tanaman .
Pemain asal Brazil, Braskem mengatakan bahwa perusahaan yang telah mengembangkan produk bioplastik mereka sebut dengan “polietilena hijau” atau PE hijau. Produk yang diperoleh dari etanol tebu memilki banyak fitur kinerja polietilena berbasis bahan bakar fosil tradisional.
PET yang berbasis bio dan Green PE botol umumnya tidak bisa diuraikan atau nonbiodegradable. Menurut Jansen penggunaan dan pemasok plastik non biodegradable difokuskan pada cara pendaur ulangannya. Ada nilai tambahan ketika kita bisa mendaur ulang botol tersebut. Hal ini tentunya bisa mengurangi emisi gas karbon dan lebih ekonomis.
Profesor Hans Josef Endres dari institut bioplastik dan material bio komposit dari Universitas Hanover bidang ilmu pengetahuan dan seni mengatakan bahwa ia setuju untuk menggunakan bahan yang mudah didaur ulang.
Perusahaan Australia, Naku melihat potensi pasar dalam penggunaan produk botol biodegradable. Sebelumnya perusahaan ini telah mengembangkan botol berdasarkan asam polylactic, pengganti plastik yang terbuat dari tepung tanaman fermentasi yang berasal dari tanaman kaya karbohidrat seperti jagung dan kentang. Botol air minum Naku, membutuhkan 35-90 hari untuk terurai bila dibandingkan dengan produk minuman dari perusahaan Johann Zimmermann yang membutuhkan waktu 350 hari untuk terurai.
Pembuatan botol air Naku jauh lebih mahal sekitar 20 sen euro (Rp 270.600) daripada penggunaan botol plastik berbahan minyak bumi. Daya tahan botol tersebut sekitar enam bulan sampai delapan bulan jika dibandingkan dengan botol minuman konvensional bisa mencapai satu tahun.
Penggunaan bioplastik masih dipandang baik buat lingkungan karena bersifat biodegradable, tetapi ada kekhawatiran akan pengurangan bahan pangan seperti jagung dan tebu. (dw.de)
Editor : Yan Chrisna
Zelenskyy Bertemu Para Pemimpin Eropa Saat Trump Segera Menj...
BRUSSLES, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bertemu pada hari Rabu (18/12) deng...