Kemenag Inventarisasi dan Petakan Khazanah Keagamaan Museum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Kementerian Agama, menggelar penelitian untuk menginventarisasi dan memetakan khazanah museum. Hasil penelitian ini diseminarkan dan dipresentasikan oleh tim Peneliti LKKMO di Jakarta, Rabu (28/11).
Seminar dihadiri tim peneliti, akademisi, kurator museum, pemerhati sejarah-budayawan dan tokoh agama. Hadir selaku pembahas, dosen Arkeologi dan Permuseuman Universitas UI, Weni Raharjo Wahyudi dan Isman Pratama.
Kapuslitbang LKKMO Muhammad Zain menyampaikan, kegiatan inventarisasi khazanah museum ini penting dilakukan sebagai preservasi penyelamatan khazanah intelektual bangsa yang telah mengalami keterputusan. Inventarisasi dan penelitian koleksi museum dimaksudkan untuk menghadirkan kembali koleksi memori bangsa yang menghubungkan masa lalu dengan masa kekinian.
“Inventariasi khazanah museum, nantinya akan dijadikan buku yang memberikan kontribusi bahan bacaan yang mendeskripsikan kebermanfaatan koleksi museum,” kata Zain.
Dengan inventarisasi khazanah museum, bangsa Indonesia diharapkan tidak mengalami nasib seperti Bosnia-Sarajevo.
Bosnia memiliki jejak sejarah peradaban masa kejayaan Islam dan mempunyai koleksi museum sebagai rekaman sejarahnya. Namun, Bosnia mengalami kehancuran ketika diserang Serbia. Generasi mereka belum banyak mengenal potensi peradaban bangsanya.
“Bahkan, manuskrip/naskah milik Bosnia dibawa oleh Malaysia untuk ditelaah dan dikaji,” katanya.
Nasib yang sama dialami Syiria sekarang ini. Menurut Zain, serangan ISIS menyebabkan masjid, museum, dan manuskrip di sana hancur. Masjid bersejarah peninggalan Khalifah Mu'awiyan ibn Abu Sofyan porak poranda, berikut mushaf Al-Quran Rasm Uthman ibn Affan. “Mushaf Al-Quran ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi,” katanya.
Zain menilai, inventarisasi khazanah museum sangat penting untuk mengetahui memori kolektif bangsa sejak sebelum kemerdekaan.
Misalnya, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, diketahui beberapa koleksi manuskripnya hilang, karena dibawa Raffles ke perpustakaan pribadinya di Inggris. Hanya dua koleksi museum yang ditinggal, yaitu manuskrip mushaf Al-Quran dengan iluminasi indah, dan menarik dan manuskrip berjudul Surya Mataram. Manuskrip Surya Mataram berisi etika/petuah sebagai pemimpin di jawa.
Dalam seminar ini, tim peneliti mempresentasikan hasil temuannya melalui inventarisasi khazanah keagamaan. Salah satunya adalah terkait profil tokoh ulama Kiai Mojo. Kiai Mojo adalah pahlawan nasional yang menjadi teman Pangeran Diponegoro. Kiai Mojo pernah diasingkan ke Benteng Rotterdam, Makasar, lalu ke Tondano-Minahasa. Benda-benda peninggalan Kiai Mojo, seperti tutup kepala, tasbih, kitab tasawuf, dan miniatur masjid, kini tersimpan di Museum Manado.
Dalam penelitian ini juga diketahui sejumlah kesamaan peninggalan yang tersimpan di beberapa museum. Misalnya manuskrip/naskah keagamaan di Palembang dan Bengkulu, sama-sama ditulis pada serat kayu yang dilipat-lipat. Naskah tersebut juga ditulis dengan huruf Kaganga. Artefak keagamaan upacara kematian yang disebut dengan Tiwah (tradisi budaya suku Dayak), diketahui ternyata tidak hanya terdapat di Kalimantan Tengah, tetapi juga di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Selaku narasumber, Isman Pratama menyampaikan bahwa inventarisasi ini dikhususkan kepada koleksi museum khazanah keagamaan. Koleksi khazanah keagamaan berhubungan dengan sistem keagamaan, ritual keagamaan, kelompok keagamaan, emosi keagamaan, dan benda keagamaan. Koleksi keagamaan yang diinventarisasi diberikan deskripsinya sehingga jelas nuansa keagamaannya.
Isman mencontohkan, jeungki atau alat penumbuk padi tradisional Aceh. Jeungki digunakan untuk menumbuk beras menjadi tepung pada bulan Ramadan. Jeungki diangkat oleh 3-4 orang perempuan yang bershalawat sambil menumbuk beras untuk membuat kue persiapan Hari Raya Idul Fitri.
Nara sumber lainnya, Weni Raharjo menyampaikan, koleksi museum mempunyai tiga fungsi, yaitu: preservasi/pemeliharaan, komunikasi, dan penelitian. Koleksi museum yang menyimpan memori kolektif dan rekaman sejarah penting dihadirkan kembali secara kontekstual kekinian.
Koleksi museum tangible penting dipamerkan secara intangible kepada masyarakat. Koleksi museum dideskripsikan/diuraikan pemaknaannya dan memori kolektifnya. Misalnya, sebuah keris dipamerkan sekaligus diinformasikan pemaknaan kontekstual dari keris tersebut, baik itu dari konteks idiologi keagamaan, teknologi maupun sosial keagamaan.
Sementara Kabid Khazanah Keagamaan Puslitbang LKKMO, Yasin Rahmat Anshori mengatakan, bahwa hasil dari inventarisasi dan pemetaan khazanah keagamaan ini nantinya akan dijadikan buku bahan bacaan/referensi. Kegiatan inventarisasi khazanah museum ini nanti akan berlanjut dengan penelitian terhadap koleksi yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun institusi lainnya.
Selain itu juga akan dilakukan digitalisasi dan konservasi sehingga rekaman informasi koleksi museum khazanah keagamaan yang ada di seluruh Indonesia tetap terjaga dan terpelihara. (kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...