Kemendag Dorong UKM Indonesia Tembus Pasar Kanada
JAKARTA,SATUHARAPAN.COM – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) terus berupaya mendorong pelaku usaha nasional berekspansi ke pasar internasional.
Salah satunya, dengan menggelar seminar bertajuk “Strategi Pemasaran Produk Pakaian Jadi ke Pasar Kanada” yang dilangsungkan pada 7 Desember 2018 di Bandung.
Pada seminar tersebut, Ditjen PEN menghadirkan pengusaha Indonesia yang sukses menembus pasar Kanada untuk membagi pengalamannya kepada 40 pelaku usaka kecil menengah pakaian jadi.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan menyatakan, pengalaman dan kerja keras para penguasaha yang telah lebih dahulu sukses dapat memotivasi dan memberikan dampak positif kepada para pelaku usaha sejenis yang sedang berusaha meraih kesuksesan serupa.
“Saling berbagi pengalaman antara sesama pelaku usaha di bidang yang sama akan mendukung sektor yang bersangkutan semakin kuat dan dapat berkompetisi sehat di pasar. Setiap perusahaan akan memilih identitas berbeda sebagai syarat utama eksis di pasar,” ujar Marolop.
Dua pengusaha Indonesia yang dihadirkan sebagai narasumber yaitu Unik Harjuntari pemilik CV. Uniqueindo Busana Lestari (Cotton Flair) dan Danny Sugiartono Setiawan pemilik PT. World KNK Surya Anugerah. Keduanya sukses masuk ke pasar Kanada atas bimbingan dari Indonesia-Canada Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project.
Pada kesempatan itu, Unik dan Danny membagikan pengalaman dan strategi mereka dalam menjalankan usahanya serta bercerita mengenai fasilitasi TPSA Project pada keikutsertaan dalam pameran Sourcing@Magic di Las Vegas tahun 2017 dan Apparel Textile Sourcing Canada (ATSC) di Toronto pada 2018.
Unik menceritakan bahwa banyak pelajaran yang diterima dari TPSA project. Berbagai informasi dan kritik dari para tenaga ahli sangat menantang dan telah memotivasinya hingga berhasil menelurkan merek Cotton Flair.
“Selama ini saya mengedepankan desain dan warna ekspresif yang hanya sesuai dengan permintaan konsumen di pasar lokal. Namun saya dibimbing untuk membuat koleksi pakaian yang mengusung tema sederhana dengan warna yang lembut dan tidak terlalu ramai, sebagaimana keinginan dan karakteristik konsumen di pasar Kanada,” ujar Unik.
Sementara itu, Danny pemilik PT. World KNK Surya Anugerah yang memproduksi untuk memenuhi merek-merek ternama, membagi pengalamannya mendapatkan ilmu strategi ekspor. Melalui bimbingan yang diterima, Danny yang selama ini menggunakan pihak ketiga dalam mengekspor, diarahkan untuk menemukan mitra dan mengekspor secara langsung produk-produknya di pasar Kanada.
“Saya menyadari bahwa proses untuk mencapai keberhasilan tidak mudah, serta perlu waktu untuk belajar dan terus memperbaiki diri agar tidak tergerus dalam persaingan global yang semakin kompetitif,” ujarnya memberikan motivasi.
Manajer TPSA Project Said Fauzan Baabud yang juga menghadiri seminar tersebut menjelaskan, seminar ini bertujuan memberikan kesempatan yang adil bagi seluruh pelaku usaha di Indonesia agar mendapat peluang yang sama memasuki pasar Kanada.
Perusahaan skala besar dapat memasok merek-merek ternama, sedangkan perusahaan skala kecil dan menengah diharapkan dapat memasok butik-butik maupun menjalin kemitraan dengan toko-toko rintisan di media daring yang saat ini sedang menjamur.
Selain itu, turut hadir sebagai narasumber Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Kevin Hartanto yang menyampaikan perkembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia.
Menurutnya, pada periode Januari—Juli 2018, nilai pengapalan produk TPT Indonesia mencapai USD 7,74 miliar dan ditargetkan hingga akhir tahun ini bisa menembus USD 13 miliar.
Sekilas Indonesia-Canada TPSA Project
Indonesia-Canada Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project adalah kerja sama antara Kemendag RI dengan Global Affairs Canada. Pelaksana di Indonesia adalah Ditjen PEN bersama The Conference Board of Canada (CBoC).
Proyek ini bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi dan menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui peningkatan perdagangan dan investasi yang mengedepankan aspek kesetaraan gender dan lingkungan. Proyek ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima tahun sejak 2015—2019.
Kegiatan utama proyek ini adalah memberikan pembinaan ekspor secara komprehensif kepada pelaku usaha Indonesia pada sektor kopi spesialti, pakaian, dan alas kaki untuk menembus pasar Amerika Utara. Sebanyak lima perusahaan terpilih dari setiap sektor mendapatkan pembinaan dan pendampingan oleh tenaga ahli dalam peningkatan kualitas guna memenuhi standar yang diharapkan konsumen di Amerika Utara. Pembinaan dilakukan antara lain dalam aspek produksi, manajemen perusahaan, dan pemasaran. (PR)
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...