Kemendag Optimistis RI Jadi Kiblat Busana Muslim Dunia 2020
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bertekad menjadikan Indonesia sebagai kiblat (pusat) busana muslim dunia pada tahun 2020.
Tekad ini diwujudkan melalui berbagai festival busana muslim untuk mendorong permintaan ekspor, salah satunya melalui Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest Indonesia) 2016. Sebanyak 40 desainer Usaha Kecil dan Menengah (UKM) difasilitasi Kemendag dalam pagelaran ini.
Plt. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Tjahja Widayanti, optimistis tekad tersebut dapat terwujud mengingat Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai trend setter industri mode muslim global.
"Tren produk fesyen, termasuk busana muslim pada periode 2011-2015 menunjukkan nilai positif sebesar 8,15 persen. Sementara itu dari segi volume ekspor, terdapat peningkatan pada Januari 2016 sebesar 3,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015," kata Tjahya dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Jakarta, hari Kamis (19/5).
Menurut datanya, pada tahun 2014 kinerja ekspor produk busana muslim Indonesia sebesar US$ 4,63 miliar dengan tren pertumbuhan ekspor 2,30 persen.
"Pada 2015, kinerja ekspor produk busana muslim berhasil menembus US$ 4,7 miliar. Sedangkan pencapaian di Januari 2016 mengalami peningkatan 2,13 persen dibandingkan dengan Januari 2015 dari US$ 336,2 juta menjadi sebesar US$ 374 juta," katanya.
"Kami optimistis tren ini akan terus meningkat," dia menambahkan.
Tjahja menjelaskan, busana muslim belum memiliki kode HS (Harmonized System) yang baku. Hal ini menurut dia membuat kinerja ekspor produk busana muslim dicatat berdasarkan hasil pengelompokan rekomendasi Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag.
"Kode HS untuk produk busana dibedakan dengan kriteria panjang (menutupi seluruh tubuh) dan berbahan tebal (tidak tipis)," katanya.
Kesiapan Produksi dan Distribusi
Tjahja berharap, para desainer busana muslim Indonesia sebaiknya tidak hanya mampu menguasai desain dan branding, tapi juga kesiapan produksi dan distribusi secara ritel yang menjadi tolok ukur keberhasilan bisnis mode.
"Selain itu, ajang ini pun sekaligus bisa mengangkat peran pelaku industri mode muslim dari seluruh penjuru nusantara," lanjutnya.
Posisi Indonesia saat ini berada pada urutan ke-5 sebagai negara konsumen busana muslim terbesar dengan nilai US$ 12,69 miliar pada tahun 2014.
Urutan pertama adalah Turki (US$ 24,84 miliar), Uni Emirat Arab (US$ 18,24 miliar), Nigeria (US$ 14,99 miliar), dan Arab Saudi (US$ 14,73 miliar). Di bawah Indonesia ada Rusia (US$ 10,92 miliar), Mesir (US$ 10,72 miliar), dan Pakistan (US$ 10,52 miliar).
"Data tersebut menunjukkan pentingnya pengembangan bisnis fesyen muslim di Indonesia agar menjadi acuan industri mode muslim dunia. Di tengah persaingan pasar global, para pelaku industri mode busana muslim harus memiliki fondasi industri dari hulu ke hilir yang tangguh dan unggul," katanya.
Muffest Indonesia akan digelar pada 25-29 Mei 2016 di Plaza Selatan, Istora Senayan, Jakarta dengan mengusung tema #ScreenshootTheLook. Acara ini digagas oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) bersama Hijabersmom Community (HmC) dan Ditali Cipta Kreatif.
Tjahja mengatakan, 40 desainer yang difasilitasi Kemendag telah diseleksi ketat. Mereka akan menempati Paviliun bertajuk "Trade with Remarkable Indonesia" seluas 360 meter persegi, serta Paviliun Ikon yang menampilkan produk-produk unggulan dari para desainer ternama Indonesia.
Kemendag, kata dia, sangat mengharapkan Muffest Indonesia 2016 menjadi ajang bagi perusahaan besar menggandeng para desainer lokal dalam rangka menguasai pasar dalam negeri dan meningkatkan pangsa di pasar global.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...