Kemendag Tingkatkan Pasar Ekspor ke Arab Saudi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mengembangkan pasar ekspor dengan melakukan misi pembelian (buying mission) dengan Arab Saudi.
Kali ini, lebih dari 40 pelaku usaha Arab Saudi dipertemukan dengan pelaku usaha Indonesia. Kegiatan yang juga diprakarsai dan didukung Kamar Dangang dan Industri Mekkah ini dianggap tepat untuk meningkatkan kerja sama bilateral Indonesia dengan Arab Saudi, terutama setelah disetujuinya Visi Arab Saudi 2030.
“Misi pembelian merupakan upaya untuk meningkatkan hubungan kerja sama bilateral Indonesia dengan Arab Saudi di berbagai sektor, khususnya perdagangan, investasi, konstruksi, dan ketenagakerjaan profesional. Visi Arab Saudi 2030 akan semakin membuka peluang bisnis dan memperkuat kerja sama dengan Arab Saudi," jelas Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Jasa, Arlinda, dalam keterangan tertulis hari ini (4/5).
Arlinda menambahkan, pelaku usaha Arab Saudi menaruh minat yang tinggi untuk bekerja sama dalam beberapa bidang, seperti tenaga perawat profesional, produk industri farmasi, kosmetik, dan alat-alat kesehatan.
Arab Saudi juga tertarik bekerja sama di sektor industri mobil dan aksesori mobil, konstruksi dan bahan bangunan, tekstil dan produk tekstil, produk pertanian dan perkebunan, produk makanan dan minuman (mamin), desain interior, perhiasan, dan lini bisnis lainnya.
Kegiatan ini dikoordinir Ditjen PEN Kemendag yang bekerja sama dengan KJRI Jeddah dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, serta didukung Kementerian Luar Negeri, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Kadin, dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Buying mission yang diselenggarakan oleh Ditjen PEN ini diisi dengan rangkaian business forum dan business matching (B2B). Dalam business forum, akan disampaikan peluang dan potensi kerja sama Indonesia dengan Arab Saudi di sektor perdagangan.
Sedangkan dalam business matching, pelaku usaha Indonesia berkesempatan bertemu dan bernegosiasi lebih dalam dengan pelaku usaha Mekkah selaku mitra dagang guna tercapai kesepakatan kerja sama sesuai dengan yang diharapkan.
Guna lebih menarik animo, para pengusaha Indonesia juga memamerkan dan mempromosikan produk-produknya. Sebelumnya, delegasi Misi Pembelian dari Arab Saudi juga melakukan pertemuan dengan BKPM pada 2 Mei 2016 dan KADIN Indonesia pada 3 Mei 2016.
Arlinda meminta pengusaha Indonesia meningkatkan kualitas produknya. "Ada kriteria-kriteria yang cukup ketat bagi produk-produk yang dipasarkan di Arab Saudi. Untuk itu, pelaku-pelaku usaha Indonesia harus terus-menerus meningkatkan kualitas produknya," ujarnya.
Beberapa kriteria tersebut, antara lain, pertama, perusahaan yang akan memasok produk ke Arab Saudi harus kredibel, khususnya mengenai keamanan jumlah pasokan (secure of supply).
Kedua, memenuhi standar internasional yang dipersyaratkan. Khusus untuk Arab Saudi, harus memenuhi standar yang ditetapkan Saudi Standards, Quality and Metrology Organization (SASO). Ketiga, yang tak kalah penting adalah memenuhi persyaratan halal.
Menurutnya, ke depan, kegiatan serupa ini diharapkan semakin mempererat hubungan Indonesia dan Arab Saudi. Tidak hanya peningkatan di bidang perdagangan dan investasi, tetapi juga sektor lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Apalagi, hubungan Indonesia dan Arab Saudi mempunyai sejarah yang cukup panjang.
Visi Arab Saudi 2030
Peluang kerja sama dengan Arab Saudi terbuka lebar seiring dengan reformasi ekonomi “Visi Arab Saudi 2030”. Peluang di bidang energi baru dan terbarukan, pembangunan infrastruktur, serta ekspor produk mamin akan semakin luas untuk digarap oleh pelaku usaha Indonesia.
Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan Arab Saudi telah menyetujui rancangan reformasi ekonomi melalui visi Arab Saudi 2030 untuk melepaskan Arab Saudi dari ketergantungan pada minyak di 2020 mendatang.
Untuk memenuhi visinya itu, Arab Saudi akan banyak mendirikan pabrik untuk kebutuhan militernya dan mendongkrak investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), termasuk menggenjot jumlah kunjungan jamaah umroh setiap tahun dan melepas saham Aramco sebesar 5 persen.
Arab Saudi merupakan salah satu mitra dagang potensial Indonesia di kawasan Timur Tengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai total perdagangan nonmigas Indonesia-Arab Saudi periode 2011-2015 memperlihatkan pertumbuhan positif sebesar 3,89 persen per tahun.
Rata-rata nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi pada periode 2011-2015 tercatat sebesar USD 1,83 miliar per tahun. Sementara itu, rata-rata nilai impor nonmigas Indonesia dari Arab Saudi tercatat sebesar USD 921,23 juta per tahun pada periode yang sama.
Neraca perdagangan nonmigas kedua negara mengalami surplus 29,84 persen pada 2015. Sementara itu, produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi pada 2015 adalah kendaraan bermotor; minyak kelapa sawit; tuna; karet dan produk karet; plywood; kertas dan produk kertas; bubur kertas; arang kayu; serta tekstil dan produk tekstil.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...