Kemendikbudristek Tingkatkan Literasi Murid dengan Bacaan Bermutu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong ekosistem perbukuan nasional yang sehat dan kuat, sehingga dapat menghadirkan buku-buku yang bermutu, murah, dan merata, untuk meningkatkan literasi murid.
"Sekarang tidak hanya 3M, tetapi 4M yaitu bermutu, murah, merata, dan menarik. Jadi buku-buku itu harus menarik minat baca, khususnya anak-anak kita," kata Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek Supriyatno dalam keterangan di Jakarta, Kamis (28/9).
Supriyatno menyatakan kini Kemendikbudristek telah menerbitkan sekitar 20 judul buku cerita atau buku non-teks untuk jenjang A atau pembaca dini, jenjang B atau pembaca awal, dan jenjang C atau pembaca semenjana.
Buku-buku cerita tersebut dapat dibaca dan diunduh secara gratis melalui Platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang diakses melalui buku.kemdikbud.go.id.
Selain buku cerita, SIBI juga menyediakan buku-buku teks pelajaran dari berbagai kurikulum, termasuk Kurikulum Merdeka, yang memiliki tampilan yang menarik dilengkapi ilustrasi yang menggugah minat murid.
Supriyatno menjelaskan buku harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, sehingga Kemendikbudristek membuat panduan perjenjangan buku yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan baca anak.
Panduan ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) dan terus disosialisasikan ke berbagai pemangku kepentingan.
“Panduan ini sudah mulai diketahui dan digunakan penerbit, sehingga mereka dapat menyesuaikan buku-buku terbitannya, serta juga terus disosialisasikan ke para guru dan orang tua," katanya.
Tak hanya itu, Kemendikbudristek juga menyediakan buku non-teks untuk meningkatkan antusiasme belajar hingga minat siswa di kelas.
Fenti Sanubari yang merupakan guru kelas 3 di SD Negeri Karang Rahayu 01, Kabupaten Bekasi, mengaku sebelumnya terpaku mengajarkan materi hanya dari buku teks pelajaran di kelas.
Namun setelah berdiskusi dengan sejawat, ia mendapatkan inspirasi untuk menggunakan buku-buku cerita non-teks terbitan Pusbuk Kemendikbudristek dalam pembelajaran di kelas.
"Tidak semua murid itu langsung siap menyimak dan konsentrasi dalam pembelajaran, jadi aktivitas membaca buku non-teks ini untuk memantik ketertarikan mereka belajar," ujar Fenti.
Penulis dan Spesialis Literasi Sofie Dewayani berharap buku cerita yang diterbitkan Pusat Perbukuan dan disediakan di SIBI dapat disebarluaskan sehingga bermanfaat untuk pembelajaran pada kelas jenjang rendah.
"Saya berani mengatakan menggunakan buku non-teks dalam pembelajaran lebih besar dampaknya daripada buku teks pelajaran, karena anak-anak jadi lebih paham. Ini sudah dibuktikan oleh banyak guru," ujar Sofie.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...