Kemerdekaan: Gerbang Sebagai Bangsa Meraih Kemajuan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Hari ini bangsa Indonesia memperingati 75 tahun kemerdekaan dengan suasana khusus, karena masih dalam rundungan pandemi virus corona. Upacara diselenggarakan dengan peserta yang terbatas, dan warga negara diminta mengikuti melalui tayangan televisi dan online.
Selain itu, warga diimbau untuk menghayati dan mensyukuri kemerdekaan bangsa dengan menghentikan kegiatan, berdiri dengan khidmat dan tegak selama tiga menit pada detik-detik proklamasi pada pukul 10:17 (WIB), hari Senin (17/8).
Suasana pandemi diharapkan tidak mengurangi makna bagi bangsa ini untuk menghayati arti kemerdekaan sebagai bangsa yang bermartabat dan maju, adil dan sejahtera. Justru dalam alam kemerdekaan ini, kita sebagai bangsa, menggenggam “nasib” kita sendiri, termasuk untuk bebas dari pandemi.
Suasana keprihatian akibat pandemi ini justru memberikan momentum kita untuk menghayati betapa kemerdekaan itu modal yang sangat besar, bahwa kita hanya akan bebas dari COVID-19 bergantung apa yang akan kita lakukan. Ini bukan tentang oleh pemimpin, individu atau kelompok, tetapi secara keseluruhan, dan secara kolektif sebagai bangsa.
Tema Kemerdekaan sebagai Kritik
Bangsa kita telah merdeka selama 75 tahun, dan ini waktu yang sudah sangat cukup untuk, bukan saja melihat perjuangan membangun kesadaran kebangsaan, dan perjuangan mengusir penjajah, tetapi lebih kepada bagaimana kita menjaga kemerdekaan itu, dan menjadikannya kekuatan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Dan ini sejalan dengan tema tahun ini: “Indonesia Maju.”
Kemerdekaan Indonesia dibangun dengan kesadaran sebagai satu bangsa, bukan karena adanya kesamaan dan keseragaman dari warga bangsa, tetapi justru karena kesadaran akan adanya perbedaan. Kesatuan dibentuk karena nasib yang sama, tekad yang sama untuk menjadi satu bangsa, dan diikat oleh cita-cita dan kemauan yang sama.
Itu sebabnya, upaya-upaya penyeragaman, hegemoni, dan dominasi oleh kelompok-kelompok atau warga bangsa, akan menjadi sesuatu yang niscaya gagal, karena tidak memiliki gen kemerdekaan bangsa ini. Namun, sayangnya, hal itu tercatat sebagai batu sandungan bagi perjalanan bangsa ini, bahkan sejak awal kemerdekaan.
Dalam masa peringatan 75 tahun kemerdekaan ini, sangat baik kita melihat perjalanan 75 tahun bangsa kita dalam menjaga cita-cita ini dan melakukan kerja-kerja untuk mewujudkannya. Tema “Indonesia Maju” sekarang ini, tampaknya lebih tepat ditempatkan sebagai “kritik konstruktif” ketimbang catatan kebanggaan atas capaian pembangunan.
Tema ini sudah seharusnya mengarahkan bangsa ini, dengan motor pemerintah, untuk melihat prioritas pembangunan, terutama pembangunan yang bermuara pada kemajuan bagi kualitas hidup manusia, warga bangsa. Pemerintah di bawah pimpina Presiden Joko Widodo, dengan berbagai program pembangunannya, telah banyak mengungkapkan hal itu.
Tetapi sebagai sebuah “kritik,” bangsa ini haruslah memiliht didorong untuk lebih jernih melakukan refleksi, melihat tantangan yang menghambat bangsa ini meraih kemajuan.
Kemerdekaan Gerbang untuk Maju
Perjalanan 75 tahun kemerdekaan telah banyak, dan terlalu banyak, mencatat hal-hal yang tidak konstruktif untuk kemajuan bangsa. Hal yang belakangan muncul kembali adalah kelompak yang hendak mengganti dasar negara, dan kemudian mendorong praktik politik sektarian dan politik identitas yang menggerogoti perekat bangsa. Gejolak ini hanya membuat bangsa kita membuang secara sia-sia waktu dan energi, sementara peluang kemajuan di depan banyak yang gagal diperhatikan dan diraih.
Dari sisi ini, “Revolusi Mental” yang digagas Jokowi, yang belakangan makin lirih suaranya, harus diberi makna kembali. Sebab, kita masih menemukan pemaknaan kemerdekaan di antara warga bangsa kita masih dalam mentalitas yang “ketinggalan.” Masih banyak yang melihat kemerdekaan sebagai “merdeka dari” (penjajah), merdeka untuk memaksakan kehendak dan kepentingan sendiri.
Kemerdekaan masih belum dimaknai sebagai modal paling besar dan utama untuk meraih kemajuan sebagai bangsa yang bermartabat, adil dan sejahtera. Kita harus lebih tegas memaknai kemerdekaan ini sebagai “merdeka untuk” menjadi bangsa, untuk kemajuan, keadilan dan kesejahteraan kita semua.
Ribut-ribut tentang logo 75 tahun Kemerdekaan, adalah contoh paling nyata dan memilukan dari situasi ini. Tapi itulah yang kita hadapi dan menandai perjuangan yang masih harus dijalani. Sebab kemerdekaan bukanlah tujuan, tetapi sarana dan gerbang untuk menjadi bangsa yang maju: adil dan sejahtera. Merdeka!
Editor : Sabar Subekti
Bethlehem Persiapkan Natal, Muram di Bawah Bayang-bayang Per...
BETHLEHEM, SATUHARAPAN.COM-Nativity Store di Manger Square telah menjual ukiran kayu zaitun buatan t...