Kemiskinan dan Kekerasan Tantangan Gereja di Negara Berkembang
HAMBURG, SATUHARAPAN.COM - Di berbagai negara berkembang, umat Kristen dihadapkan pada isu-isu korupsi, perang, kelaparan, penindasan, pembunuhan dan bentuk-bentuk baru terorisme. Dalam situasi tersebut, gereja juga dituntut untuk membina kondisi yang menjamin akses berkelanjutan terhadap pangan yang cukup, aman dan terjangkau.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Kristen Nigeria, Dr. Ibrahim Yusuf Wushishi pada acara Konferensi Gereja Protestan Jerman, pekan lalu di Hamburg, Jerman. Dewan Kristen Nigeria (Christian Council of Nigeria / CCN) adalah organisasi ekumenis yang mewakili gereja-gereja anggota Dewan Gereja Dunia di Nigeria.
Wushishi pada kesempatan itu berbagi pandangan tentang situasi gereja di negara berkembang. Dia mendorong gereja-gereja untuk berpegang pada "harapan”. Sebab, Konflik dan kekerasan adalah akibat kekurangan pangan akut, kemiskinan dan kelaparan. Sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
"Gereja harus menyadari fakta bahwa kelaparan membuat orang menjadi marah. Orang lapar adalah orang yang marah. Mereka juga menjadi menderita cacat, defisiensi mental, kebutaan, dan bahkan kematian, yang tidak seharusnya sebagai ciptaan Tuhan," katanya.
Dia juga menjelaskan inisiatif advokasi yang dilakukan oleh gereja-gereja di Nigeria dan Afrika Barat. Mereka fokus pada keamanan pangan, pendidikan, dan mengatasi korupsi, serta pembangunan perdamaian.
"Gereja harus berjuang untuk martabat manusia, dan tetap di garis depan dalam pertempuran melawan kelaparan dan ketidakadilan. Kelaparan tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, dan tujuan penciptaan umat manusia," katanya.
Wushishi menambahkan bahwa gereja "tidak bisa tinggal diam dan tidak peduli di tengah-tengah keprihatinan kemanusiaan." Dia menghargai kemitraan antara gereja-gereja untuk menanggapi tantangan-tantangan ini, terutama menyebutkan dukungan dari gereja-gereja Jerman dan Bread for the World.
Berbicara tentang situasi Nigeria, Wushishi mencatat bahwa kepemimpinan gereja telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk membantu para korban kekerasan yang terus terjadi di sana.
"Saya ingin menyatakan di sini bahwa gereja di Nigeria berdiri untuk membangun perdamaian dan relasi ko-eksistensi, membangun hubungan yang hangat dan ramah antara Kristen dan Muslim," katanya.
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...