Kemlu Upayakan Pembebasan 21 WNI Ditahan Yaman
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa Pemerintah sedang mengupayakan pembebasan 21 Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditahan di Yaman di tengah situasi politik dan keamanan yang tidak kondusif di negara tersebut.
"Saya berkomunikasi dengan duta besar Indonesia di Sana`a ada informasi baru bahwa dari 21 WNI yang ditangkap di Yaman, lima sudah ditemukan di penjara di Shumayla. Lima WNI itu saat ini sedang menuju kantor KBRI di Sana`a. Hari ini KBRI di Sana`a berkunjung ke penjara satu demi satu," kata Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi di Jakarta, Senin (30/3).
Sebelumnya, ada 23 WNI yang ditahan pihak otoritas di Yaman, lalu dua orang WNI dibebaskan dan tersisa 21 orang yang masih ditahan. Kemudian, pada hari ini ada enam orang lainnya dibebaskan, sehingga jumlah WNI yang ditahan sampai sekarang masih 15 orang.
Menurut Menlu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari KBRI di Sana`a, sebagian besar dari WNI itu ditahan karena masalah keimigrasian dan izin tinggal.
Pihak Kemlu RI juga mengakui adanya kesulitan untuk mendapatkan akses informasi dari pihak otoritas di Yaman akibat situasi kemanan di negara itu yang cukup mencekam.
"Situasi di Yaman itu tidak normal. Di sana sedang ada konflik. Kami juga sulit mendapat akses terhadap otoritas di sana. Namun, di Yaman, masih ada pegawai negeri yang masih menjalankan pemerintahan," kata Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir.
Dia menyebutkan para WNI yang ditahan itu tidak ditahan di penjara yang sama sehingga pihak KBRI di Sana`a harus mengunjungi penjara satu demi satu untuk mencari keberadaan para WNI tersebut.
"Kita ketahui mereka (WNI) tidak ditahan di penjara yang sama. Kami masih belum tahu kenapa sisanya masih ditahan. Pada dasarnya beberapa dari mereka ini ditahan karena masalah keimigrasian," ungkap dia.
Namun, Arrmanatha menegaskan bahwa tidak ada informasi bahwa para WNI itu ditangkap oleh pihak otoritas di Yaman karena terlibat masalah konflik.
"Kami tidak ingin berspekulasi tentang alasan penangkapan sisa WNI yang masih ditahan, yang pasti kami akan berupaya untuk membebaskan mereka," ujar dia.
Dia pun mengatakan pemerintah masih terus berupaya melakukan evakuasi para WNI yang masih berada di Yaman dengan berbagai cara.
"Evakuasi agak terhambat karena seluruh bandara di Yaman ditutup, hanya dibuka selama beberapa jam setiap harinya," tutur dia.
Jubir Kemlu itu pun menyebutkan, Kepala Perwakilan Indonesia di Yaman sudah mengeluarkan status siaga satu untuk para WNI di Yaman. Namun, KBRI di Sana`a masih akan terus beroperasi untuk melayani para WNI yang ingin dievakuasi.
Saat ini Yaman tengah dilanda perang. Arab Saudi yang didukung sembilan negara melakukan serangan udara terhadap pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Serangan Saudi itu bertujuan membela pemerintahan yang memiliki legitimasi, yakni Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi.
Operasi militer Saudi merupakan bentuk pertolongan bagi Presiden Hadi yang meminta anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk melakukan intervensi. Anggota GCC seperti Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab sepakat memberikan bantuan.
Saudi menyiagakan 100 pesawat tempur dan 150.000 tentara untuk operasi militer di Yaman dan Uni Emirat Arab mengirimkan 30 pesawat tempur, sementara Bahrain dan Kuwait mengirimkan empat kapal perang ke Yaman melalui Terusan Suez.
Hari-hari ini ledakan kuat kerap terdengar di beberapa bagian di Yaman ketika pesawat tempur Saudi dan sekutunya menyerbu pangkalan udara, kantor pemberontak, dan gudang senjata Houthi. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...