Kenaikan Harga BBM Ancam Mata Pencaharian Nelayan Tradisional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Isu kenaikan BBM beberapa hari terakhir mengakibatkan naiknya harga kebutuhan pokok. Hal ini tentu menyulitkan masyarakat termasuk keluarga nelayan tradisional di berbagai wilayah di Indonesia. Ironisnya, kenaikan harga kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya harga hasil tangkapan ikan mereka.
Bahkan pada komunitas nelayan tradisional tertentu mengalami penurunan pendapatan akibat turunnya jumlah pembelian ikan. Hal ini disampaikan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) melalui Sekjen KIARA, Abdul Halim, dalam pers rilisnya di Jakarta pada Jumat (21/6) hari ini.
Di Tarakan, Kalimantan, kehidupan nelayan tradisional semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sejak adanya isu kenaikan BBM. Semua bahan pokok kebutuhan rumah tangga dan melaut, seperti beras, minyak sayur, gula, garam, dan lain-lain rata-rata telah naik antara Rp.1.000 hingga Rp.5.000/kg/lt.
Demikianlah situasi yang dihadapi oleh masyarakat nelayan. Misalnya nelayan Bengkalis, di tengah isu kenaikan BBM dan sulitnya mencari ikan akibat kabut asap tebal (kebakaran hutan) yang menghalangi melaut, harga-harga bahan kebutuhan pokok naik antara Rp.200 hingga Rp. 5.000/kg/liter. Secara umum kondisi harga bahan pokok di tiga kampung nelayan sejak ada isu kenaikan harga BBM mengalami kenaikan harga.
Di sisi lain pendapatan para nelayan tradisional tidak mengalami peningkatan berarti. Nelayan tradisional Tarakan yang lebih banyak memasok ikan ke pengepul untuk pemenuhan kuota ekspor sebelum dan setelah ada isu harga BBM naik, harga ikan tidak ada perubahan. Demikian juga halnya harga-harga ikan di Bengkalis tidak mengalami kenaikan.
Bahkan, nelayan tradisional Bengkalis yang hanya mengandalkan konsumen lokal harus menyesuaikan kemampuan pembeli/konsumen lokal. Sebagian besar para konsumen lebih memprioritaskan bahan kebutuhan pokok ketimbang membeli ikan. Dengan kondisi seperti ini, tidak jarang para nelayan menjual ikan dengan murah ketimbang tidak laku di pasaran.
Pemasukan rata-rata keluarga nelayan tradisional Tarakan adalah dua juta Rupiah per bulan. Sementara itu, penghasilan nelayan Bengkalis hanya 1,5 juta Rupiah per bulan. Lebih parah lagi nelayan tradisional di Gresik, yang hanya mendapatkan 750 ribu Rupiah per bulan.
Dengan jumlah tersebut keluarga nelayan harus memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan pendidikan kesehatan kesehatan keluarga mereka dengan komposisi rata-rata setiap keluarga minimal tiga orang. Bahkan ada yang harus menanggung enam orang.
Fakta ini tentu sangat berseberangan dengan asumsi yang dibangun Pemerintah bahwa adanya kompensasi bagi warga negara tidak mampu, maka persoalan ketidakadilan akan bisa teratasi.
Fakta ini mendorong KIARA mendesak Presiden SBY untuk tidak menaikkan harga BBM yang dibutuhkan oleh masyarakat nelayan tradisional, khususnya solar yang sudah dinaikkan sebelumnya, dari harga Rp 4,300 menjadi Rp 4,500.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...