Kenji Goto, Wartawan dengan Pengalaman di Wilayah Konflik
SATUHARAPAN.COM - Wartawan Jepang yang ditahan militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), Kenji Goto (47 tahun), sebenarnya ke Suriah dengan tujuan membantu membebaskan sesama warga Jepang yang ditahan militan di sana.
Pada Oktober 2014, Kenji Goto berangkat ke Suriah untuk merundingkan pembebasan temannya Haruna Yukawa (42 tahun) yang ditahan militan NIIS akhir musim panas. Setelah melintasi perbatasan dari Turki ke Suriah, Goto ditangkap para militan.
Para militan meminta tebusan US$ 200 juta untuk mereka. Namun Yukawa kemungkinan telah dibunuh oleh militan NIIS. Pada hari Sabtu (24/1) kelompok ekstremis itu merilis video, mengklaim telah membunuh Yukawa karena tebusan tidak dipenuhi.
Setelah pembunuhan itu, para ekstrimis merilis sebuah video yang menampilkan Goto, memperingatkan bahwa dia dan seorang pilot Yordania, hanya mempunyai kesempatan 24 jam, kecuali Sajida al-Rishawi dibebaskan.
Sajida adalah terpidana mati karena keterlibatannya dalam serangan bom bunuh diri tahun 2005 di ibu kota Jordania, Amman, yang menewaskan 60 orang. Televisi pemerintah Yordania mengutip seorang juru bicara pemerintah mengatakan bahwa pihak Amman siap untuk melepaskan tawanan "jika pilot Jordania dibebaskan tanpa cedera."
Sejauh ini belum ada kepastian apakah Goto dan pilot itu akan segera dibebaskan. Pihak Jepang juga mengirimkan Wakil Menteri Luar Negeri, Yasuhide Nakayama, ke Amman untuk memimpin tim tanggap darurat dan bekerja sama dengan Jordania.
Wartawan Berpengalaman
Goto mempunyai tempat tersendiri dalam pers Jepang dan dikenal dengan pengalaman liputan di daerah dengan konflik keras di Irak, Afghanistan, dan Somalia. Dia memiliki minat kuat membantu orang yang menderita akibat konflik.
Goto juga mengelola sebuah kantor berita kecil, Independent Press, yang fokus pada penyampaian berita tentang pengungsi, orang dengan AIDS, dan anak-anak di daerah krisis. Dalam situs Independet Press, misalnya terakhir ditampilkan seorang bocah pengungsi dari Suriah yang bekerja sebagai porter di perbatasan Turki –Suriah.
Menurut surat kabar The Japan Times, Goto menulis sejumlah buku, termasuk tentang seorang gadis Afghanistan yang berharap pergi ke sekolah. Juga reportase tentang seorang perempuan berusia 16 tahun yang terinfeksi virus HIV di kota di sebuah kota di Estonia, di mana pelecehan seks merajalela, dan dia telah menyebarkan penyakit menular itu di antara sejumlah besar penduduknya.
Buku Anak-anak
Tahun 2006, Goto memenangkan penghargaan buku anak-anak dari Sankei Shimbun bukunya tahun 2005 yang berjudul "Daiyamondo yori Heiwa ga Hoshii," (Aku Ingin Damai Lebih dari Permata). Itu adalah karya non fiksi tentang seorang mantan tentara anak di Sierra Leone yang trauma akibat perang saudara di sana, dan mencoba untuk membangun kembali hidupnya.
Kontak terakhir dari Goto datang dalam bentuk video yang direkam pada telepon seluluer asistennya seorang Turki dan kemudian oleh lembaga penyiaran publik Jepang, NHK. Video ini menunjukkan Goto mengatakan, "Jika sesuatu terjadi, semua tanggung jawab ada di tangan saya." Dia juga berjanji, "Tapi saya pasti akan datang kembali hidup."
Hari Senin lalu (27/1) ibu Goto, Junko Ishido (76 tahun), dengan emosional menyampaikan kepada pemerintah Jepang untuk menyelamatkan anaknya, bahkan jika halitu berarti membayar uang tebusan. "Kami tidak punya banyak waktu tersisa. Hal ini sangat mendesak saya, dan ingin pemerintah untuk melakukan apa pun. "
Ibunya mengatakan bahwa anaknya bukanlah musuh NIIS, dan membela Goto dari kritik bahwa mereka itu bertindak bodoh dengan mengadakan perjalanan ke daerah berbahaya. Dia beralasan bahwa anaknya telah meninggalkan dengan niat hanya terhormat. "Dia pergi ke Suriah untuk menyelamatkan teman.’’
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...