Kepel, Penghalau BB dan Asam Urat
SATUHARAPAN.COM – Di Jawa, tumbuhan ini disebut kepel, sementara masyarakat di Tanah Pasundan menyebutnya burahol. Kepel, dengan nama ilmiah Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. & Thomson, yang dikategorikan buah langka ini, adalah flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara tradisional kepel digunakan oleh kalangan wanita tertentu sebagai parfum dan alat KB. Kepel juga dipercaya menyebabkan air seni tidak berbau tajam.
Kepel adalah tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 25 meter. Buahnya mirip buah sawo, tetapi menempel di batang.
Wikipedia menyebutkan, tajuk kepel teratur berbentuk kubah, meruncing ke atas seperti cemara, dengan percabangan mendatar atau agak mendatar. Diameter batang utamanya mencapai 40cm, berwarna cokelat-kelabu tua sampai hitam, yang secara khas tertutup oleh banyak benjolan besar.
Daunnya berwarna hijau gelap, tidak berbulu, dengan tangkai daun mencapai 1,5 cm. Bunganya berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi keputih-putihan, muncul pada tonjolan-tonjolan di batang. Bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum, diameternya mencapai 1 cm. Bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3 cm.
Buahnya berwarna kecokelatan, dengan panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm. Berat segar buah mencapai 62-105 g, serta bagian yang dapat dimakan sebanyak 49 persen dan bijinya 27 persen dari berat buah segar.
Penampilannya yang cantik, dengan melihat daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang, menyebabkan kepel sangat pas dimanfaatkan sebagai tanaman hias untuk rumah dengan halaman yang luas, atau tanaman peneduh.
Batang pohonnya yang lurus juga menyebabkan kayu kepel cocok untuk perkakas rumah tangga. Kayu kepel yang direndam beberapa bulan dalam air sebelum digunakan untuk bahan bangunan rumah diberitakan tahan lebih dari 50 tahun.
Buah kepel yang matang dikonsumsi langsung dalam keadaan segar. Daging buah, daun, dan akar kepel , menurut Moch Saiful Bachri PhD MSi Apt, Kepala Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, seperti dikutip dari uad.ac.id, banyak mengandung saponin, polifenol, dan flavonoid. Kandungan vitamin C dalam buah kepel sangat tinggi.
Daging buahnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah, memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh seperti air seni, keringat, dan napas.
Kepel juga secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat herbal. Daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal, dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita. Itu pula yang memunculkan kisah para wanita bangsawan memanfaatkan kepel sebagai parfum dan alat KB.
Khasiat lain buah kepel adalah sifat diuretiknya yang mampu memperlancar air seni. Kandungan vitamin C yang tinggi menjadikan kepel sebagai buah yang berkhasiat antioksidan.
Manfaat yang banyak digunakan di masyarakat dan sudah terbukti secara ilmiah adalah sebagai obat asam urat. Sutomo, dalam penelitiannya tahun 2003, melaporkan fraksi tidak larut petroleum eter dari ekstrak metanol daun kepel mampu menurunkan kadar asam urat dan hasil identifikasi menunjukkan adanya flavonoid.
Penelitian P Cos dan kawan-kawan pada 1998 menyebutkan aktivitas flavonoid sebagai penurun kadar asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase dari beberapa flavonoid selain dapat menghambat enzim xantin oksidase juga bersifat sebagai antioksidan penangkap radikal superoksida.
Melihat potensi tersebut, penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengembangkan ekstrak daun kepel dalam pengobatan asam urat.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...