Kepemimpinan Perekonomian Global China Memicu Ekonomi Modal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepemimpinan perekonomian global yang semakin didominasi Republik Rakyat China dinilai bakal memicu peningkatan ekonomi modal guna membangun perekonomian domestik masing-masing negara.
"Kepemimpinan China akan memicu ekonomi modal," kata pelatih bisnis Tom Mc Ifle dalam seminar Top Coach Indonesia yang digelar di Jakarta, Selasa (4/2).
Menurut dia, model pertumbuhan ekonomi yang meniru model China akan semakin banyak dengan melakukan pendanaan program guna menunjang pertumbuhan perekonomian.
China sendiri dikenal sebagai negara yang melakukan investasi secara besar-besaran di berbagai bidang di dalam negerinya.
Ia mencontohkan bahwa China tengah membangun dalam bentuk senilai 1 miliar dolar AS untuk investasi di perguruan tinggi.
Selain itu, lanjutnya, dalam sektor pertahanan dan keamanan, militer China juga bakal menerima investasi yang sangat besar. "Militer China akan menuntut dan menerima investasi yang sangat berkembang dalam bentuk pesawat dan kapal yang canggih," kata dia.
Berdasarkan data pemerintah China, perdagangan asing China naik 9,3 persen tiap tahunnya dengan persentase ekspor meningkat hingga sebesar 12,7 persen per tahun.
Tren positif pertumbuhan perdagangan asing China diharapkan dapat terus meningkat pada tahun 2014 ini, dengan persentase pertumbuhan tidak kurang dibandingkan tahun 2013 lalu.
Dengan target perdagangan mencapai 4 triliun dolar pada tahun 2014, China akan menjadi negara perdagangan terbesar berdasarkan volume di dunia untuk pertama kalinya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sepakat dengan Lembaga pemeringkat utang Internasional Fitch Ratings yang menyebutkan besarnya peran China dan India dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia.
"Fitch itu kan sudah melakukan rating ke kita, sekarang update untuk Asia, dan untuk Asia memang sebagian besar ekonomi Asia itu kan peran dari China, India dan Indonesia cukup besar," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (10/1).
Menurut Fitch, jika tanpa memasukkan China dan India, pertumbuhan ekonomi Asia pada 2014 hanya 5,1 persen.
Agus menuturkan, jika melihat kecenderungan selama dua tahun terakhir, memang terdapat perubahan lanskap ekonomi di mana negara-negara maju perekonomiannya sudah pulih sedangkan negara berkembang ada kecenderungan menurun.
"Jadi jika seandainya yang diungkapkan Fitch seperti itu saya dapat memahami dan dapat juga sejalan dengan itu. Memang ekonomi China itu cukup banyak berperan pada Indonesia karena ekspor kita ke China cukup besar," kata Agus. (Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...