Kerja Lembur Membuat Manusia Cenderung Individualis
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Kematian tragis Moritz Erhardt (21) yang bekerja di Merill Lynch merupakan pukulan besar bagi dunia industri keuangan yang mempekerjakan karyawannya dengan jam kerja berlebih.
Banyak para profesional keuangan yang bekerja sampai larut malam. Akhir pekan mereka dipakai untuk bekerja. Budaya kerja lembur tersebut biasanya diterapkan di kantor-kantor perbankan dan hukum. Tapi, sekarang sepertinya budaya kerja lembur sudah menyebar.
Karyawan di banyak perusahaan diminta untuk selalu siap sedia kapan pun. Karena teknologi yang semakin berkembang memungkinkan orang bisa terhubung dan terjangkau setiap saat.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa kerja lembur dapat menimbulkan efek negatif bagi psikologis dan fisik seseorang. Sebuah studi terbaru dari Profesor Alexandra Michel mengidentifikasi masalah dalam pekerjaan bankir investasi tersebut. Para bankir setiap harinya bekerja dari pagi sampai tengah malam. Untuk mengatasi hal itu, sebaiknya para pekerja melakukan treadmill atau olahraga seusai bekerja.
Selain merusak tubuh dan pikiran, bekerja berjam-jam di tempat kerja dapat mengurangi waktu bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman. Hubungan intim dengan keluarga bisa semakin tegang dan hubungan persahabatan juga semakin meregang. Jika ada yang salah, mereka akan merasa terisolasi dan tidak berdaya karena mereka tidak memiliki ekosistem yang sehat untuk dukungan emosionalnya. Akibatnya hubungan sosial mereka dari waktu-waktu semakin menurun.
Jam kerja lembur terbukti tidak sehat bagi para pekerja. Hubungan dengan masyarakat juga semakin memburuk. Jika hari-hari mereka hanya digunakan untuk bekerja, sedikit pula waktu mereka untuk bersosialisasi.
Profesor dari Harvard, Robert Putnam mengatakan bahwa budaya jam kerja lembur dapat menyebabkan penurunan menakjubkan terhadap jumlah orang yang tergabung dalam klub dan asosiasi. Hubungan sosial mereka akan semakin terputus sampai mereka pun tidak mengenal tetangga mereka atau siapa pun yang ada di lingkungannya.
Negara yang paling produktif antara lain Jerman dan Prancis memiliki jam kerja yang pendek, tetapi dengan waktu kerja yang pendek tersebut mereka dapat mengerjakan banyak hal. Sedangkan Inggris memiliki waktu kerja yang panjang, tetapi mereka sedikit menghasilkan produksi. Tidak hanya itu, ketika orang sudah lelah dalam bekerja, mereka cenderung membuat keputusan secara tidak rasional dan cenderung lebih berisiko.
Sebuah studi terbaru dari Sosiolog Swedia, Roland Paulsen mengatakan bahwa jam kerja lembur di tempat kerja menyebabkan prevalensi yang tidak produktif alias kerja kosong seperti kecenderung untuk membuka Facebook, menonton video Youtube bahkan melakukan pekerja pribadi di kantor.
Ada begitu alasan untuk mengakhiri budaya kerja yang lembur tersebut. Langkahnya adalah perusahaan harus memperkenalkan kebijakan dan praktik untuk menghentikan para pekerja untuk bekerja sepanjang malam. Serta, perusahaan juga harus memiliki program keseimbangan kehidupan kerja dan keluarga. Atau, melarang penggunaan email di waktu malam hari. (cnn.com)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...