Kerusakan Hutan Tropis Menyebabkan Melemahnya Biji
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Peneliti menemukan bahwa perusakan hutan hujan tropis menimbulkan dampak yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Deforestasi yang terjadi di Brasil telah menyebabkan pohon menghasilkan buah dan biji yang lebih kecil, dan lemah dalam menghasilkan keturunan (regenerasi).
Para peneliti percaya bahwa hal itu dipicu oleh hilangnya beberapa jenis burung besar dari hutan. Burung ini memiliki paruh yang cukup besar untuk memakan buah dan biji dan menyebarkan bibit ke hutan. Demikian hasil penelitian yang dipublikasikan Science dan diberitakan bbc.co.uk.
Pedro Jordano, dari Biological Station Donana di Seville, Spanyol, mengatakan: "Salah satu yang mengejutkan kami adalah betapa cepat pengaruh deforestasi tidak hanya pada hilangnya fauna, tetapi juga mempengaruhi evolusi dari sifat tanaman dengan cepat, hanya dalam beberapa generasi."
Untuk menilai dampak tersebut, peneliti mengamati lebih dari 9.000 bibit yang dikumpulkan dari pohon-pohon palem di seluruh hutan hujan. Bibit yang diambil dari daerah yang mengalami kerusakan berat ukurannya jauh lebih kecil dari biji yang dikumpulkan dari hutan yang tidak ada jejak gangguan.
Para peneliti menduga beberapa faktor yang mungkin telah menyebabkan penyusutan tersebut, seperti iklim, kesuburan tanah dan tutupan hutan. "Tapi kami tidak menemukan bukti untuk setiap efek tersebut," jelas Prof Jordano, yang melakukan penelitian dengan Sao Paulo State University, di Brasil.
"Faktor utama adalah hilangnya species frugivore besar (pemakan buah)," katanya. Spesies burung seperti toucan dan cotinga yang beparuh besar biasanya memakan buah, dan membantu menyebarkan benih di seluruh hutan. Setelah hutan hujan rusak, burung ini menghilang, dan yang tinggal adalah burung-burung yang lebih kecil.
Dengan perubahan pohon menghasilkan buah yang lebih kecil, burung-burung dengan paruh mungil bisa memakannya dan jenis ini lebih mungkin untuk berkebang biak.
Biji Yang Lebih Lemah
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa benih-benih itu juga menjadi lebih lemah. "Sayangnya ukuran benih yang lebih kecil juga berarti kemungkinan lebih rendah untuk berkecambah dan bertumbuh dengan baik," kata Prof Jordano.
"Biji kecil memang cenderung untuk vepat berkecambah, tetapi rentan terhadap kekeringan dan lebih cepat diserang oleh jamur." Dia menambahkan bahwa perubahan iklim diproyeksikan bisa membuat hutan kering dan panas, membuat kelangsungan hidup benih menjadi tidak mungkin.
Para peneliti mengatakan temuan mereka mungkin tidak terbatas pada hutan hujan Atlantik.
Prof Jordano mengatakan bahwa apa yang didokumentasikan itu juga dapat terjadi pada banyak jenis pohon lainnya. "Sayangnya, hal itu merupakan kejadian umum di daerah tropis di seluruh dunia, di mana toucans besar, tapir, monyet dan mamalia besar lainnya, serta burung menghilang sangat cepat dari hutan."
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...