Kerusuhan di Charlotte, Warga Saling Tembak 1 Orang Tewas
CHARLOTTE, SATUHARAPAN.COM - Sebuah unjuk rasa yang semula damai berubah menjadi kekerasan di Charlotte, AS, setelah terjadi bentrokan antara polisi yang mengenakan seragam antihuru-hara dengan para demonstran. Polisi menembakkan gas air mata dalam upaya membubarkan massa. Sebagian orang memecahkan jendela-jendela toko dan menyulut kebakaran kecil di jalan-jalan.
Situasi sebagian besar tenang pada Kamis (22/9) dini hari.
Seorang pengunjuk rasa dilaporkan ditembak hingga tewas oleh seorang warga sipil pada malam kedua kerusuhan setelah insiden penembakan pria kulit hitam oleh polisi.
“Penembakan mematikan terjadi di antara sesama warga sipil,” ungkap pemerintah kota di Amerika Serikat (AS) bagian selatan tersebut dalam sebuah pernyataan di Twitter. “@CMPD tidak melepaskan tembakan,” tambah mereka, merujuk pada kepolisian tersebut.
Seorang wartawan AFP yang berada di tempat protes di luar hotel Omni Charlotte melihat seorang pria yang tampaknya tertembak dan jatuh ke tanah serta mengalami banyak pendarahan. Saksi mengatakan bahwa polisi membawanya ke hotel.
Wali Kota Charlotte Jennifer Roberts mengatakan bahwa korban dibawa ke rumah sakit, tetapi tidak memberikan rincian nama atau lainnya.
“Sudah dikonfirmasi bahwa penembaknya bukan petugas kepolisian,” katanya kepada CNN. “Kami akan terus mencoba mendapatkan informasi lebih lanjut.”
Gubernur North Carolina menetapkan situasi darurat di Charlotte dan mengerahkan pasukan Garda Nasional di kota itu.
Pemerintah kota awalnya menyatakan seseorang tewas Rabu malam (21/9) karena ditembak seorang warga sipil, bukan polisi. Tetapi kemudian menyatakan orang itu luka parah. Departemen Kepolisian Charlotte menyatakan empat polisi juga luka, tak seorang pun mengalami luka serius.
Hari Selasa (20/9), malam pertama protes, ada sekitar 24 orang luka-luka, termasuk 16 polisi.
Walikota Jennifer Roberts mengimbau agar situasi tenang, dengan mengatakan Charlotte selalu menjadi tempat di mana masyarakat dapat berdialog secara damai.
Polisi Tembak Pria Kulit Hitam
Aksi unjuk rasa terjadi setelah seorang petugas menembak mati Keith Lamont Scott yang berusia 43 tahun, ketika polisi sedang mencari seseorang untuk ditangkap di sebuah gedung apartemen.
Kepala Kepolisian Kerr Putney mengatakan petugas melihat Scott keluar dari mobilnya dengan membawa pistol dan mengabaikan peringatan yang keras dan jelas agar menjatuhkan senjata.
Keluarga Scott mengatakan korban tidak bersenjata dan hanya memegang sebuah buku, bukan pistol, dan sedang menunggu anaknya datang dengan bus sekolah.
Para saksi mata mengatakan ia mengangkat tangannya ketika petugas melepaskan tembakan.
Tapi Kepala polisi Putney mengatakan polisi menemukan pistol, bukan buku, terletak di samping tubuh Scott.
Kamera-kamera yang dipasang di tubuh polisi merekam penembakan itu, tetapi rekaman video itu belum akan dirilis selama penyelidikan sedang berlangsung. (AFP/voaindonesia.com)
Editor : Eben E. Siadari
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...