Kerusuhan di Mesir Adalah Perang Melawan Terorisme
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Kekerasan dan kerusuhan yang terjadi di Mesir bukan perjuangan politik antara faksi-faksi yang berbeda, tetapi perang melawan terorisme. Hal itu dikatakan Patriark Ibrahim Ishak yang berbicara atas nama umat Katolik dan Gereja Koptik di Mesir.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Minggu (18/8), Ishak mengatakan, umat Katolik di negara itu sangat mendukung “semua lembaga negara, khususnya angkatan bersenjata dan polisi untuk semua upaya mereka dalam melindungi Tanah Air kita."
Kekerasan di Mesir dimulai saat fajar hari Rabu (14/8) ketika militer dan polisi Mesir menggunakan buldoser dan gas air mata untuk membersihkan kamp kelompok yang memprotes penggulingan Presiden Mohammed Morsi pada awal Juni. Morsi didukung oleh Ikhwanul Muslimin, yang ingin Mesir memiliki pemerintahan yang terinspirasi Islam.
Selain pertempuran di kamp-kamp, ââmassa mulai menyerang gereja-gereja, sekolah dan biara. Mereka mengklaim umat Kristen mendukung pemecatan Morsi. Namun demikian, ada juga laporan bahwa sejumlah orang Muslim membentuk baruisan menjaga gereja-gereja Kristen untuk melindungi mereka dari massa, serta orang-orang Muslim lain yang menawarkan perlindungan bagi tetangga Kristen mereka.
Pemimpin gereja lainnya, Patriark Sedrak mengeluarkan pernyataan mengucapkan terima kasih kepada "rekan-rekan Muslim terhormat kami yang telah berdiri di samping kami, sejauh mereka bisa, dalam membela gereja dan lembaga-lembaga kami."
Warga Sipil Moderat Tetap Kuat
Pemimpin komunitas Gereja Ortodoks Koptik di negara itu, Paus Tawadros II, memperingatkan mereka yang terlibat dalam kekerasan di Mesir bahwa Allah akan menghukum mereka atas tindakan mereka, dan mendorong polisi, tentara dan warga sipil yang moderat tetap kuat.
Perusakan gereja-gereja Kristen, sekolah, biara dan toko, "tidak ada yang manusiawi tentang tindakan ini," kata Paus Tawadros dalam pesan pada Sabtu (17/8). “Orang-orang telah kehilangan kemanusiaan mereka,” kata dia menambahkan.
"Jika serangan terhadap lembaga, rumah atau fasilitas publik adalah kejahatan, bagaimana dengan serangan terhadap sebuah rumah Allah?" pemimpin Koptik itu bertanya.
"Hukuman Tuhan adalah keras," dia memperingatkan. "Di hadapan Allah Anda akan dihakimi menurut perbuatan yang tangan Anda lakukan."
Meski begitu, katanya, "bahkan jika tangan jahat membakar, membunuh dan menghancurkan, saya memiliki keyakinan penuh bahwa tangan Allah lebih kuat dan lebih kuat, dan itu adalah tangan yang membangun kembali."
Sehari setelah serangan dimulai, Paus Tawadros mengeluarkan pernyataan yang mendukung "penegakan hukum Mesir, angkatan bersenjata, dan semua lembaga rakyat Mesir dalam konfrontasi terhadap organisasi bersenjata yang melakukan kekerasan, teroris gelap, baik internal maupun eksternal," yang menyerang kantor-kantor pemerintah serta gereja-gereja dan "menteror warga negara, baik Koptik maupun Muslim." (catholicnews.com)
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...