Kerusuhan Myanmar Sebuah Sekolah Dibakar
MANDALAY, SATUHARAPAN.COM - Muslim di kota terbesar kedua di Myanmar, pada Sabtu (5/7) menuduh polisi tidak berbuat apa-apa saat massa Buddha mengamuk, membakar sebuah sekolah dan bangunan lainnya.
Para pengikut Buddha yang marah dengan beberapa membawa senjata, rusuh di Mandalay setelah pemakaman seseorang dari agama Buddha berusia 36 tahun yang menjadi korban dalam kerusuhan agama terbaru di negara tersebut, kata para saksi.
Sebuah sekolah dan asrama di wilayah pemakaman Muslim di pinggiran kota terlihat hangus dan rusak pada Sabtu.
“Lebih dari 70 polisi berada di sana tapi tidak melakukan apa pun,” kata Win Naing, seorang donatur Muslim untuk sekolah tersebut, yang menyaksikan serangan dari tempat persembunyiannya di rumah seorang temannya yang beragama Buddha.
Dia mengatakan beberapa perusuh bersenjatakan tongkat, pipa besi dan bahkan gergaji.
Tidak ada anak-anak yang berada di sekolah pada saat itu dan diperkirakan tidak ada yang terluka dalam serangan itu.
Beberapa hari kekerasan, yang dipicu oleh tuduhan pemerkosaan, juga menyebabkan seorang Muslim tewas dan 14 orang lainnya luka-luka.
“Polisi bisa menghentikan massa tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Zaw Zaw Latt, seorang Muslim yang menjadi anggota sebuah kelompok lintas agama di kota tersebut.
Polisi mengatakan mereka tidak memberikan keamanan ekstra dalam menghadapi banyak kerumunan tersebut karena mereka tidak yakin hal tersebut akan berubah menjadi kekerasan.
“Kemarin kami tidak menghentikan massa karena kami pikir mereka hanya mengikuti upacara pemakaman, bukan serangan,” kata Ye Htut dari kantor polisi daerah Myanmar. (AFP)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...