Kesatuan Kristen
Gesekan dengan teman sekerja—karena komunikasi tanpa pertemuan fisik—sering terjadi.
SATUHARAPAN.COM – Sepeninggal Yesus ke surga, Lukas mencatat: ”Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” (Kis 1: 14).
Catatan Lukas ini menarik disimak. Para murid menyatu dalam doa bersama dengan para perempuan, juga saudara-saudara Yesus. Perempuan mendapat tempat terhormat dalam persekutuan itu. Mereka bukan sekadar pelengkap. Juga saudara-saudara Yesus yang pernah menolak pelayanan Yesus semasa hidup-Nya. Sejatinya mereka semua telah mewujudkan doa Tuhan Yesus sendiri: ”supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh 17:11).
Yesus mendoakan kesatuan para murid-Nya. Tuhan paham kesatuan lebih mudah diomongkan ketimbang dinyatakan. Manusia cenderung berseteru ketimbang bersekutu. Terutama ketika ada orang-orang yang merasa ”paling berjasa” dalam kehidupan persekutuan.
Dalam bukunya, Kisah Para Rasul untuk Semua Orang, N. T. Wright mencatat: ”Bagian dari ketaatan kristiani, sejak awal, adalah panggilan untuk memainkan bagian yang tampak besar tanpa kesombongan dan yang tampak kecil kecil tanpa rasa malu. Tidak ada penumpang di Kerajaan Allah, dan tidak ada juga bagian ’besar’ atau ’kecil’. Berbagai tugas dan peran yang diberikan Allah kepada kita adalah pekerjaan-Nya, dan bukan pekerjaan kita.” Mudahkah? Pasti tidak. Karena itu, setiap Kristen dipanggil untuk mewujudkan kesatuan Kristen itu.
Dan kesatuan Kriten terkecil adalah keluarga. Kita paham bahwa masa pandemi ini—yang membuat kita bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah—menolong kita mengenal setiap anggota keluarga lebih dekat. Hanya persoalannya, gesekan pun kerap terjadi. Kalau sudah begini, jangan putus asa, ingatlah bahwa Tuhan Yesus juga berdoa kesatuan keluarga kita.
Juga kesatuan gereja. Dalam masa pandemi ini, koordinasi berkait ibadah, pelayanan umat, diakonia masyarakat, juga pelayanan lainnya bisa jadi menimbulkan gesekan antarpelayan di sana-sini. Kalau sudah begini, tetaplah upayakan kesatuan itu. Ingatlah, Tuhan telah berdoa untuk kita: ”Supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
Kesatuan keluarga, juga gereja, niscaya menular dalam lingkungan kerja kita. Bekerja di rumah pun tak gampang. Gesekan dengan teman sekerja—karena komunikasi tanpa pertemuan fisik—sering terjadi. Namun, sejatinya Tuhan juga ingin kita mewujudkan kesatuan dengan rekan sekerja kita. Dan itu juga modal terbaik bagi Negara kesatuan Republik Indonesia.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...