Hidup Penuh Kuasa di Tengah Pandemi
Yang penting memang bukan kapan pandemi ini selesai, tetapi apakah kita mau terus dikuasai Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan memampukan kita hidup dengan penuh kuasa—bahkan menjadi saksi—di tengah pandemi ini.
SATUHARAPAN.COM – ”Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:6). Inilah pertanyaan para murid kepada Sang Guru. Kebangkitan Yesus gamblang memperlihatkan bahwa guru mereka bukan manusia sembarangan. Ia adalah Allah sendiri. Mereka pun menyapanya dengan sebutan Tuhan.
Israel pada masa itu berada dalam penjajahan Romawi. Para murid mendambakan kestabilan politik, dan itu juga berarti kestabilan hidup mereka. Mereka ingin dipulihkan. Bisa jadi mereka capek, bahkan bosan, hidup dalam ketakutan karena pemerintah Romawi, sekaligus tekanan para pemimpin agama Yahudi.
Permintaan mereka tidak buruk. Masak orang enggak boleh hidup mapan? Namun, Yesus tidak mengabulkan permintaan yang baik itu. Para murid punya keinginan, tetapi Sang Guru hendak memberikan apa yang sungguh dibutuhkan—yakni kemampuan untuk tetap bertahan dalam kesulitan.
”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya,” jelas Tuhan Yesus, ”tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:7-8).
Yesus yang bangkit tidak menjanjikan hidup nyaman dan bebas dari persoalan. Bagaimanapun hidup macam begitu tidak akan pernah mendewasakan manusia. Seakan Tuhan Yesus berkata, ”Ya, persoalan hidup memang harus dijalani. Karena hanya dengan itulah kita akan belajar banyak dari kehidupan dan menjadi manusia unggul. Masak kita mau yang ringan-ringan saja! Hidup memang berat. Namun, kamu akan mempunyai kemampuan untuk menjalani kehidupan yang berat ini! Roh Kuduslah yang akan menolong kamu untuk menjalani hidup di dunia ini!”
Kesulitan hidup memang gampang diomongkan ketimbang dijalani. Dan sebagai Kristen, setiap orang percaya tidak pernah dibebaskan dari kesulitan hidup itu. Akan tetapi, itu bukan soal selama mereka diperlengkapi oleh Roh Kudus. Persoalannya, apakah kita mau diperlengkapi oleh Roh Kudus? Roh Kudus, Sang Penolong itu, senantiasa bersedia menolong, tetapi apakah kita mau minta tolong kepada-Nya?
Jika pada Hari Kenaikan Tuhan Yesus ini kita bertanya hal yang sama: ”Tuhan, maukah Engkau memulihkan kami dari pandemi ini?”; saya duga Sang Juru Selamat akan menjawab hal yang sama juga.
Yang penting memang bukan kapan pandemi ini selesai, tetapi apakah kita mau terus dikuasai Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan memampukan kita hidup dengan penuh kuasa—bahkan menjadi saksi—di tengah pandemi ini. Percayalah!
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...