Keselamatan Penerbangan Dimulai dari Kesadaran dan Disiplin
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Siapapun paham dan mengerti bahwa keselamatan dalam dunia penerbangan adalah faktor yang sangat penting dan krusial karena menyangkut kehidupan manusia. Semakin banyaknya maskapai penerbangan dengan harga yang saling bersaing membuat setiap orang bisa “terbang”.
Pentingnya faktor keselamatan dalam dunia penerbangan membuat Bandara Halim Perdanakusuma menyelenggarakan focus group discussion (FGD) yang bertajuk “Airmanship dan Safety Awareness Dalam Perspektif Keselamatan Penerbangan untuk Mendukung Kebijakan Tol Udara” di Hotel Ibis Jakarta Cawang (1/2). Menurut Rasyid Djauhari, GM Bandara Halim Perdanakusuma, sebenarnya ini adalah bagian dari Safety Meeting yang rutin digelar.
FGD ini melibatkan 13 narasumber dari berbagai disiplin ilmu. Paparan disampaikan oleh Marsekal Pertama TNI Asep Adang Supriyadi, kandidat doktor kebijakan publik dari Universitas Brawijaya. Asep mengangkat pentingnya impelementasi atas kebijakan safety. Mengapa? Kebijakan mengenai hal ini sebenarnya sudah ada namun dinilai belum optimal dilaksanakan para stakeholder penerbangan.
Asep menyoroti pentingnya faktor organisasi dunia penerbangan dalam mempengaruhi operasional keselamatan penerbangan. Dari organisasi, bisa dibangun airmanship seluruh stakeholder baik kru udara maupun kru di darat dalam mencapai keselamatan penerbangan. Airmanship sendiri menurut Asep kepada satuharapan.com dapat disimpulkan sebagai sebagai gabungan dari disiplin, intelligent quotient (IQ) dan kecerdasan emosional yang harus dimiliki segenap personel yang terlibat dalam dunia penerbangan.
Paparan Asep mendapat tanggapan senada dari narasumber lain yakni Dr.Erwansyah Sjarief, seorang pakar organisasi yang mengatakan bahwa airmanship harus dimulai dari pimpinan di organisasi penerbangan tersebut. Mengapa? Pimpinan yang benar akan memberi contoh kepada segenap staf untuk mengikutinya. Tidak bisa semua hal dibebankan kepada level staf dalam organisasi.
Narasumber lain, Rafael Antonius, SE,MM yang juga seorang konsultan sumber daya manusia menyebutkan bahwa safety bukan sesuatu yang berkaitan dengan kognitif atau kepintaran manusia namun sebuah kesadaran atau awareness. Karena bersifat kesadaran, safety harus melekat pada diri setiap personel dalam dunia penerbangan. Rafael memberi contoh betapa orang Indonesia sering menganggap remeh masalah keselamatan. Hal kecil, apakah Anda pernah dengan sadar mencari tahu pintu darurat saat berada di tempat baru? Pasti banyak yang tidak peduli,” ujar Rafael. Awareness sendiri bisa hilang karena orang itu bosan, tidak peduli, tidak tahu, over confident dan overload. Semuanya berkorelasi dengan apa yang disebut disiplin.
Meskipun mengusung tol udara dalam temanya, para narasumber dalam FGD ini tampaknya masih fokus pada upaya memperkuat keselamatan penerbangan. Dan masih harus terus dilakukan diskusi dan tentunya implementasi yang serius untuk mewujudkannya.
Editor : Eben E. Siadari
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...