Kesiapan Pernikahan Penting untuk Cegah Anak Alami Stunting
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kesiapan lahir dan batin sebelum menikah untuk mencegah permasalahan anak yang lahir dari pasangan itu mengalami gagal tumbuh (stunting).
Kepala Negara menyampaikan hal tersebut kepada awak media sebagai respons atas tingginya angka pernikahan dini di sejumlah daerah di Indonesia.
“Masalah stunting itu juga masalah mengenai bagaimana kita menyiapkan pra hamil, dan saat hamil, penting. Sehingga yang namanya pernikahan itu harus dilihat bahwa mereka yang mau nikah betul-betul siap, siap lahir dan batin,” kata Presiden setelah membuka Rakernas Program Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, di Auditorium BKKBN, Jakarta, pada Rabu, 25 Januari 2023.
Presiden menekankan pentingnya menjaga kesehatan pra hamil dan saat hamil. Presiden menilai bahwa penyelesaian permasalahan stunting saat anak masih di dalam kandungan akan lebih mudah.
“Jangan sampai mau nikah ada anemia—kurang darah, itu nanti kalau hamil, kalau ini enggak diselesaikan, waktu hamil anaknya menjadi stunting.Penyelesaian setelah lahir itu lebih sulit, akan lebih mudah diselesaikan pada saat anak masih berada dalam kandungan,” kata Kepala Negara.
2022 Angka Stunting 21,6%
Presiden menegaskan bahwa target penurunan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 14 persen harus dapat dicapai pada tahun 2024 mendatang. Dikatakan bahwa stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di Tanah Air. Apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia sebuah negara, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.
“Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” kata Presiden.
Saat ini, angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 37 persen pada tahun 2014 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. “Saya yakin dengan kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” ungkap Presiden.
Presiden meminta agar setiap daerah memiliki data yang akurat dan rinci sehingga mempermudah para penyuluh untuk mengawasi dan memberikan perawatan kepada anak yang mengalami stunting.
Presiden mencontohkan Kabupaten Sumedang yang sukses memanfaatkan teknologi digital melalui sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) untuk percepatan penanganan stunting.
“Jadi mestinya kita harus secepatnya secara nasional memiliki itu sehingga tembakannya menjadi jelas, sasarannya menjadi jelas. Karena jumlah balita yang ada di negara kita juga bukan jumlah yang kecil, 21,8 juta,” kata Presiden.
Asupan Gizi
Presiden juga menekankan pentingnya asupan gizi yang diberikan kepada ibu hamil dan juga bayi. Presiden meminta jajaran Kementerian Kesehatan untuk menghentikan pemberian biskuit dan menggantinya dengan makanan tinggi protein bagi ibu hamil dan bayi melalui puskesmas dan posyandu.
“Karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari kementerian masih memberi biskuit pada anak, mencari mudahnya, saya tahu, lelangnya gampang, kalau telur, ikan kan gampang busuk, gampang rusak, ini mudah, cari mudahnya saja. Jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya, bayinya, harus diberikan telur ya telur, diberikan ikan ya ikan,” tegas Presiden.
Presiden juga menekankan pentingnya penyuluhan dan pemberian edukasi bagi masyarakat mengenai makanan dan gizi untuk anak. Presiden tidak ingin kasus seorang ibu memberikan minum kopi saset kepada bayinya kembali terjadi di Indonesia.
“Sekali lagi, yang namanya penyuluhan-penyuluhan penting. Karena memang kata ibunya ini bermanfaat, kopi susu saset ini karena ada susunya. Hati-hati,” kata Presiden.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...