Ketika WFH Mendadak Naik Daun
”Kuncinya bukanlah seberapa banyak waktu yang kita pakai, melainkan seberapa produktifnya kita dalam memanfaatkan waktu itu” (Stephen Covey).
SATUHARAPAN.COM – WFH—Work from home ’bekerja dari rumah’. Istilah ini sudah lama digunakan untuk kalangan pekerja dan pemberi kerja, dalam rangka mengefisienkan waktu.
Diawali ketika teknologi informasi generasi 1 tiba melalui gawai. Sejak itu bekerja dari rumah dimungkinkan karena bekerja di depan komputer di rumah harusnya akan bisa sama efektifnya dengan bekerja di meja kantor, dengan keuntungan menghemat waktu transportasi dan bisa juga menghemat sewa ruangan kantor.
Bagi mereka yang self-employed sejak awal tidak menjadi pertanyaan mau bekerja di mana, selama tersedia hubungan maya lewat udara. Dengan WFH, pekerja tidak terikat pada waktu kerja, melainkan bebas menentukan kapan mulai dan kapan berakhir kerja. Dengan WFH tidak perlu buang waktu untuk menuju tempat kerja, dan tidak pernah takut terlambat tiba di tempat kerja. Tidak ada dresscode yang perlu dipikirkan karena tidak akan berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
Work from home banyak untungnya, namun kerugiannya juga ada: nyatanya manusia perlu berinteraksi langsung dengan manusia lain. Banyak orang yang merasa hidupnya kesepian karena WFH. Tidak berjumpa dengan orang. Tidak ada ”Hai, selamat pagi!” sambil senyum ketika masuk gerbang tempat kerja. Mungkin akan muncul celoteh lain lagi. Jika tak ada interaksi sesama rekan kerja setiap saat, terkesan hidup jadi sepi.
Saat ini, work from home mendapatkan makna berbeda. Ketika wabah virus Corona melanda dunia, WFH tiba-tiba menjadi sesuatu yang harus, bukan boleh dilakukan. Khususnya bagi mereka yang sifat pekerjaannya memungkinkan. Semua pegawai negeri sipil sudah dipastikan bekerja dari rumah, kecuali yang sifat pekerjaannya menuntut kehadiran.
Bagi yang belum terbiasa WFH mungkin terasa mendapat kesempatan untuk santai, untuk bangun lebih siang dari biasanya, mulai bekerja tanpa harus mandi dan berkemas, mengejar kereta. Bersantai sambil menyeruput kopi, sambil memperhatikan dengan sebelah telinga berita televisi yang menayangkan kabar termutakhir mengenai perkembangan Covid-19 dan pastinya berita menarik lain.
Namun perlu diingat, bahwa pekerjaan tak akan berhenti, dan mereka yang kita layani sedang menunggu hasil kerja kita. Bekerja dari rumah sesungguhnya hanya memindahkan tempat kerja, namun etos kerja harus tetap dijaga. Produktivitas harus tetap tinggi karena jika tidak maka ketika wabah berlalu dan rutinitas bekerja kembali normal, kita terkejut bahwa banyak ”utang” yang harus dibayar.
Beberapa tip yang bisa membantu selama WFH:
- Pertahankan rutinitas. Bangunlah pada waktu yang sama seperti layaknya hendak berangkat kerja, demikian juga mandi dan berpakaian. Terkesan janggal, namun jika dilakukan niscaya akan memberi rasa ngantor, sehingga siap untuk menjadi produktif. Buatlah jadwal harian, yang Anda patuhi. Jangan mudah terdistraksi oleh keinginan ”Sebentar saja kok, bikin telor ceplok!”. Jangan juga memasang TV di dekat Anda. Di kantor juga tak ada TV terpasang. Karena itu, di rumah pun janganlah TV menjadi penyebab distraksi.
- Buatlah tempat kerja bagi diri sendiri. Mungkin meja makan Anda akan menjadi tempat yang paling memadai, jika tak ada pilihan yang lebih baik. Selain memberikan perasaan seolah berkantor, posisi duduk akan menjaga postur tubuh.
- Bangkitlah sesekali dari kursi seperti apa yang biasa Anda lakukan di kantor. Anda juga membutuhkan gerak, dan gerak yang biasa Anda lakukan ketika menuju dan pulang kantor tidak Anda jumpai ketika WFH. Pada jam istirahat yang Anda tentukan, pergilah keluar mencari hawa segar dan hangat di tempat tidak ada banyak orang. Anda perlu keseimbangan. WFH ini bukan hanya untuk sehari dua hari. Bisa berlangsung beberapa minggu. Jadi Anda butuh menjaga keseimbangan.
- Upayakan cukup mendapat udara segar, dan lakukan latihan-latihan olahraga kecil.
- Jaga komunikasi dengan rekan kerja. Saling meng-update berguna untuk menjaga semangat kerja dan keep being productive.
- Jangan mengikuti keinginan untuk multi-tasking mumpung di rumah: mencuci pakaian yang menumpuk, menisik baju yang lama tak tersentuh, memperbaiki pintu lemari yang engselnya hampir lepas, dan sebagainya. Anda tak akan melakukannya ketika Anda di kantor. Karena itulah, jangan juga dikerjakan ketika Anda berada di rumah.
- Jika Anda memiliki anak, mereka pun perlu diberi pengertian bahwa orang tua mereka bukan sedang berlibur di rumah, melainkan sedang pindah kerja sementara.
Inti dari semuanya adalah kerja dari rumah perlu tetap menjadi investasi, dan menjadikan Anda tetap produktif, bukan menimbulkan ”utang” yang sulit dikejar kelak.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...