Ketua IDI: Rokok Bentuk Penjajahan Baru
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ajang promosi produk dan teknologi rokok internasional, Inter-tabac Asia yang batal dilaksanakan di Bali membuat Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dan Ketua Ikatan Dokter Indonesia dr. Prijo Sidipratomo.Sp.Rad(K) menyatakan bahwa rokok merupakan bentuk penjajahan baru bagi bangsa Indonesia. Dia sangat mengapresiasi upaya masyarakat dan Pemerintah Daerah Bali untuk menggagalkan acara tersebut.
Hal tersebut dia ungkapkan saat menjadi pembicara dalam konferensi pers yang digelar oleh Komnas Pengendalian Tembakau dengan tajuk “Inter-tabac Asia Batal, Indonesia Bukan Negara yang Ramah Bagi Pameran Rokok” di Sekretariat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Senin (3/3).
“Jika pemerintah Indonesia tidak serius dalam menangani masalah tembakau, maka negara kita akan menjadi target market atau negara yang ramah terhadap rokok. Ini sangat berbahaya,” kata dia kepada para wartawan.
“Dalam situs Inter-tabac Asia, mereka menargetkan akan merekrut sebanyak tiga juta perokok baru. Mereka menilai bahwa Indonesia adalah negara ramah perokok dan tidak ada aturan terhadap perokok maupun industri rokok.”
Dia juga menyayangkan dalam iklan yang dikeluarkan oleh Inter-tabac Asia, ada tertulis “Thank You For Smoking Indonesia” dengan wali kota Dortmund sebagai modelnya dan berlatar belakang gambar pulau-pulau Indonesia. Menurutnya, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap bangsa ini.
Namun, Prijo juga mengapresiasi kinerja Menteri Kesehatan dengan mengeluarkan surat keputusan tentang larangan kantin sekolah menjual rokok, anak sekolah yang membeli rokok dan melarang guru merokok di lingkungan sekolah.
Dia berpendapat bahwa ada lima cara bagaimana membatasi penggunaan tembakau di Indonesia yaitu, membatasi iklan, menaikkan bea cukai, membangun kawasan tanpa rokok, membangun rumah sakit untuk membantu memulihkan korban sembuh dari rokok dan menaikkan harga rokok.
Sosialisasi Keluarga terkait Pengaruh Rokok
Seringkali, pengaruh rokok juga datang dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Sehingga, anak-anak bisa meniru kebiasaan orang tua mereka yang akhirnya menjerumuskan mereka untuk merokok. Menanggapi hal ini, Prijo dan Kartono Mohamad sebagai Dewan Penasehat Komnas Pengendalian Tembakau menyatakan bahwa pemerintah belum secara detil melakukan edukasi kepada orang tua tentang bahaya merokok atau mengendalikan kebiasaan orang tua yang merokok di dalam rumah.
Namun, ada salah satu program dari pemerintah yaitu Program Hidup Bersih dan Sehat yang diprakarsai oleh Menteri Kesehatan dengan adanya larangan merokok di dalam rumah. Menurut Kartono Mohamad, hal itu tidaklah cukup. Di sinilah Komnas berperan dengan mencoba membantu pemerintah untuk memberikan sosialisasi terhadap lingkup sosial seperti keluarga melalui media massa.
“Tidak banyak diketahui bahwa di Indonesia sudah ada delapan sampai dengan sepuluh desa yang sudah bebas rokok. Ini patut ditiru oleh daerah lainnya,” kata Kartono kepada satuharapan.com.
Para aktivis berharap bahwa pemerintah akan lebih tegas lagi dalam membuat regulasi terkait penggunaan maupun industri tembakau. Sehingga Indonesia bukan lagi menjadi target dalam pusaran industri tembakau dunia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...