Ketua MUI: Kemerdekaan untuk Membangun Bukan Mencuri Uang Rakyat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua dan Kordinator Harian Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Dr. KH. Ma’ruf Amin mengemukakan, peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68 harus dijadikan sebagai salah satu momentum untuk membangun bangsa dengan sungguh-sungguh. Kemerdekaan bukan untuk mencuri uang rakyat dan berfoya-foya. Sebab kemerdekaan merupakan karunia Allah SWT adalah sebagai amanah bagi upaya menciptakan hidup damai dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
“Kemerdekaan bukan sekedar mau main-main. Tapi ini merupakan anugerah Ilahi yang harus dipertanggung jawabkan oleh kita semua rakyat Indonesia. Kita harus selalu bersyukur. Ya bersyukur dalam arti melaksanakan pembangunan bangsa dengan sebaik-baiknya, bukan dengan menghancurkan,” tegasnya di Jakarta, Sabtu (17/8) pagi, saat mengikuti upacara Hari Kemerdekaan RI.
Menurut Kiai Makruf, upacara peringatan Hari Kemerdekaan setiap tahun hanya berlangsung rutin tanpa ada kesan yang mendalam bagi upaya pembangunan negeri. Masyarakat hanya sekedar bergembira ria menyambutnya lalu berlalu begitu saja. “Seharusnya peringatan itu bisa membekas menjadi sebuah sikap dan tingkah laku sebagaimana layaknya seseorang usai berjuang merebut kemerdekaan. Artinya, kita bangsa Indonesia kembali berkomitmen untuk membangun negeri ini dengan semangat memberantas segala bentuk kemungkaran dan kejahatan. Tentunya harus dimulai dari para pemimpin di seluruh negeri ini,” tegasnya.
Kiai Ma’ruf sependapat kalau setiap Peringatan Hari Kemerdekaan ke depan, dilakukan pembacaan ikrar anti korupsi oleh para pimpinan negeri ini. Di tingkat pusat dibacakan langsung oleh presiden, sedang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, masing-masing dibacakan oleh gubernur dan bupati/walikota. Pernyataan ikrar itu diharapkan mampu memberikan semangat bagi pimpinan bangsa ini di setiap tingkatan untuk tidak akan melakukan kejahatan bentuk apapun dalam membangun bangsa dan negara ini.
Diakuinya, bahwa kondiosi bangsa ini sudah jauh dari akhlakul karimah. Moral bangsa sudah berada di titik nadir dan ambang kerusakan. Korupsi atau pencurian uang negara tidak saja dilakukan oleh pegawai rendahan yang merasa kekurangan, melainkan sudah dilakukan oleh para pejabat tinggi yang sehari-hari sudah hidup dalam berlimpah dan berlebih.
“Kita sedih melihat negeri ini. Kejahatan kita temui dimana-mana. Sejumlah pimpinan terlibat dalam kejahatan. Kita malu pada dunia internasional, banyak pimpinan bangsa ini yang harus menjalani hukuman karena mencuri. Ya kita semua jadi prihatin. Jadi, untuk apa kita memperingati Hari Kemerdekaan kalau hanya skeedar baris berbaris, baca ini dan itu, kalau setelah itu tetap saja merongrong kehdupan rakyatnya. Rakyat tetap saja sengsara dan menderita. Sementara para pejabatnya sibuk korupsi dan mencuri,” keluhnya. (mui.or.id)
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...