Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 16:57 WIB | Jumat, 15 Januari 2016

Ketum PGI Ingin Banyak Hal Menjadi Berkat Pada 2016

Ketum PGI Ingin Banyak Hal Menjadi Berkat Pada 2016
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Ketum PGI), Pdt. Dr. Henriette Tabita Hutabarat Lebang saat menyampaikan khotbah Ibadah Syukur Natal Dan Tahun Baru 2016 Lembaga Keumatan Oikoumene, hari Jumat(15/1) di Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya, Jakarta. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Ketum PGI Ingin Banyak Hal Menjadi Berkat Pada 2016
Para peserta Ibadah Syukur Natal Dan Tahun Baru 2016 Lembaga Keumatan Oikoumene, hari Jumat(15/1) di Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya, Jakarta.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Awal tahun 2016 diharapkan umat Kristen akan meraih banyak sukacita dan berkat,  baik dalam kegiatan belajar, bekerja, dan berkeluarga. Sukacita tersebut sama seperti Tiga Orang Majus yang menemui bayi Yesus Kristus di dalam palungan.

“Dalam aktivitas berorganisasi kita sehari-hari apakah bintang betlehem (sebutan Yesus Kristus, red) itu menjadi guiding star kita, kita sadar atau tidak menyadari terkadang kita sedang  mencari ketenaran pribadi bukannya Kemuliaan Allah seperti orang majus yang senantiasa bersukacita, mereka (Orang Majus, Red) memuliakan Tuhan begitu hebatnya,” kata Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Ketum PGI), Pdt. Dr. Henriette Tabita Hutabarat Lebang dalam khotbah Ibadah Syukur Natal Dan  Tahun Baru 2016 Lembaga Keumatan Oikoumene, hari Jumat(15/1) di Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya, Jakarta.

Ia mendasari khotbah pada ibadah syukur tersebut dari Perikop tentang Orang Majus dari Timur dari Matius 2: 1-12, dan Kejadian 9: 16  yang berbunyi “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi,” demikian bunyi Firman Tuhan.

Perempuan yang biasa disapa Erry ini menyebut sama halnya yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Apakah sebuah organisasi atau kelompok masyarakat di tahun 2016 akankah menghadirkan berkat dan sukacita. “Atau jangan-jangan kita  terbawa arus, yakni dengan terbawa arus disintegrasi sosial diantara kita apakah itu garis-garis suku atau primordial, dan lain-lain,” dia menambahkan.

Dalam contoh lingkup lebih kecil dia memberi contoh keluarga Kristen harus menambah sukacita dari hari ke hari dan jangan tergeser oleh kehadiran piranti teknologi komunikasi (gadget).

Holy time (waktu kudus bersama dalam keluarga, Red) semakin tergeser dengan teknologi, dan tidak bisa lagi kita berbicara tentang gadget, karena setiap hari perkembangannya sangat cepat. Sekarang kita harus berpikir ulang tentang gadget ini apakah dia masih akan menjadi berkat, karena dia  mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,” kata dia.

Erry mengimbau apabila sukacita dari Kristus  hadir dalam keluarga maka syaratnya mudah yakni bersikap seperti Orang Majus yang penasaran dengan istilah Bintang dari Timur dalam Matius 2 : 1-12 yakni Yesus Kristus, karena saat Orang Majus menjumpai bayi Yesus mereka bersukacita dan bergembira.

“Ketika Orang Majus itu bertemu dengan bayi Yesus Kristus mereka bersukacita ada interaksi ilahi di situ itulah pekerjaan kita saudara-saudara, yakni menghadirkan interaksi yang penuh sukacita, di organisasi kita apakah Yesus Kristus itu masih akan menjadi guiding star bagi kita,” Erry mengakhiri khotbahnya.

Dalam Ibadah syukur tersebut turut hadir perwakilan dari 34 organisasi lembaga keumatan Kristiani yang merayakan Natal dan Tahun Baru 2016, dan beberapa tokoh Kristiani lainnya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home