Khotbah di Hari Proklamasi: Dipanggil untuk Memerdekakan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Stephen Suleeman mengatakan ibadah di ruang terbuka yang dilaksanakan GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi adalah tepat dalam cara berpikir yang merdeka, dalam memaknai Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pendeta Stephen Suleeman mengemukakan hal itu dalam khotbah di peringatan kemerdekaan RI di hadapan jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia, Minggu (17/8) di Tugu Proklamasi, Jakarta.
"Kebaktian yang dilaksanakan oleh GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia di seberang Istana dan di Tugu Proklamasi ini adalah sebuah contoh berpikir di luar kotak (out of the box). Ketika orang berkata 'gereja bukanlah gedungnya melainkan orangnya', jemaat-jemaat ini tetap berkumpul dan beribadah meskipun gedungnya disegel dan hak beribadah disangkal oleh penguasa," kata Pendeta Stephen Suleeman dalam khotbahnya.
Ditambahkan oleh Pendeta Stephen, ketika urusan gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia mulai muncul, sebagian orang tak berpikir merdeka dan keluar dari 'kotak', namum tak sedikit yang memilih berkata, “Ya sudah, biarlah, kita terima saja apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kan kita rakyat dan pemerintah sudah menjalankan tugasnya, yaitu mengatur.” Pendeta Stephen berkata pola pikir demikian justru membuat bangsa ini semakin terbelenggu dalam kebodohan.
Mengambil perikop dari ayat Alkitab yang menarasikan perempuan Kanaan yang cerdas dan berani (Matius 15:10-18), ia menjelaskan bagaimana Yesus menantang para murid untuk keluar dari cara berpikir lama yang menjebak dan memperbudak. Ia menjelaskan, Yesus mengajak kita, semua orang, untuk mampu berpikir di luar kotak, mengembangkan pemikiran kritis dan tidak begitu saja menerima cara pikir dan cara pandang yang sudah lazim – yang dianggap sudah seharusnya demikian.
Pendeta Stephen menyayangkan masih banyak orang yang tidak mampu berpikir seperti itu, yang belum merdeka. Karena itulah, semua jemaat juga terpanggil untuk memerdekakan saudaranya yang masih terjebak dalam cara-cara tersebut.
Lebih lanjut dalam khotbahnya Pendeta Stephen menjelaskan, ketika muncul benturan-benturan antarumat beragama, pemerintah sering kali mempersalahkan kelompok minoritas. Seperti terjadi baru-baru ini ketika menteri dalam negeri menganjurkan supaya pemeluk Baha’i memilih dari keenam agama yang sudah diakui di Indonesia, ia menyebutnya sebagai cara-cara berpikir yang tidak mampu keluar dari kotak.
"Ada puluhan dan mungkin ratusan agama di Indonesia. Mengapa tidak mengambil jalan paling sederhana saja – berhentilah mengeluarkan pengakuan-pengakuan terhadap agama dan biarkan semua orang memilih agamanya, atau tidak memilih agamanya, sesuai dengan hati nuraninya," kata Pendeta Stephen.
Kehadiran Para Sahabat
Pada kesempatan ibadah dan peringatan proklamasi itu, jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia mendapatkan kunjungan dari berbagai sahabat yang datang ikut beribadah atau sekadar memberikan dukungannya. Para pemuda dari GPIB Bahtera Iman Ciputat turut memberikan dukungan dalam ibadah, dan aktivis dari Lembaga Bhinneka juga memeriahkan dengan lagu-lagu serta pembacaan puisi dalam peringatan proklamasi.
Pendeta Iwan Listiyantoro dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Sleman yang datang bersama-sama pengurus dan anggota Solidaritas Korban Tindak Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkepercayaan (Sobat KBB) kepada satuharapan.com memberikan kesan harunya atas pengalaman yang dia rasakan, "Apa yang dilakukan oleh jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia sangat bagus dalam memberikan pesan kepada gereja dan utamanya kepada negara."
Bertindak sebagai dinamisator Sobat KBB dari Jogja, Pendeta Iwan Listiyantoro juga berkesempatan memanjatkan doa lintas Iman di peringatan Hari Proklamasi yang dilakukan setelah ibadah. Pendeta Iwan menyampaikan doanya dalam bahasa jawa. Anggota Sobat KBB yang lain yang turut menyampaikan doanya adalah perwakilan dari Muslim Syiah, Pemuda Anshor, Katolik, dan Muslim Ahmadiah Mataram NTB, serta Penghayat dari Semarang.
Lebih lanjut Pendeta Iwan berpendapat, apa yang dilakukan oleh kedua jemaat itu menginspirasi semangat dan keberanian gereja-gereja yang mengalami hambatan yang sama. Saat ini di Yogjakarta misalnya, juga banyak gereja yang mengalami hal yang sama ketika mengurus IMB gedung gereja dan menghadapi kelompok masyarakat intoleran.
"Refleksi dari pengalaman saya bergabung dengan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, bahwa di satu sisi gereja harus berani menyampaikan kritik damai kepada negara, dan ke dalam, gereja harus mau mengubah paradigma untuk berani bertindak out of the box," demikian pendapat Pendeta Iwan Listiyantoro.
Editor : Sotyati
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...