Khotbah Malam Natal GPIB Koinonia: Yesus Tidak Diam, Dia Mewujudkan Damai
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tuhan Yesus Kristus tidak tinggal diam atas berbagai tindak kejahatan yang dilakukan antar umat manusia, tetapi dia akan hadir ke tengah-tengah dunia untuk mendamaikan yang bertikai. Pendeta John Edward Loppies, Sm.Th dari Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Menara Iman mengatakan hal tersebut saat memberi khotbah Kebaktian Malam Natal di GPIB Koinonia, Jakarta pada Selasa (24/12) malam.
J.E Loppies melandasi khotbah pada malam natal (24/12) dari Yesaya pasal 11 ayat 1 hingga 5, dengan perikop yang berjudul “Raja Damai Yang Akan Datang”, dari perikop tersebut J.E. Loppies menjelaskan saat ini hikmat dan perdamaian diperlukan umat manusia saat ini karena saat ini dimana-mana lebih mudah kita jumpai perilaku yang jahat, karena tidak adanya juru damai.
“Bacaan kita malam ini (Yesaya 11: 1-5) mengatakan bahwa Tuhan tidak diam, tetapi dia bertindak, salah satu tindakannya yakni dia melakukan perdamaian karena dia ingat yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, kalau manusia tidak punya damai, (maka manusia) tidak tenang, gelisah, hubungan dengan sesama menjadi tidak baik menjadi rusak kalau kita tidak punya damai maka kita tidak tenang, tidak bisa tidur,” kata pendeta jemaat GPIB Menara Iman Jakarta ini.
Loppies mengatakan kalau tidak tenang sama saja ibaratnya tidur di kasur yang nyaman dan bagus, tetapi mata tidak mau terpejam karena senantiasa melihat jam berharap malam cepat berlalu, dan seolah-olah manusia tidak perlu tidur sehingga saat pagi hari kegelisahan tersebut hilang.
“Boleh saja kita tutup mata, tetapi terkadang pikiran kita masih memikirkan yang lain. Oleh karena itu, hal yang sangat mendasar dari karya keselamatan Kristus yakni, saudara-saudara jemaat sekalian, dia datang untuk mendamaikan,” kata J.E Loppies.
Pendamaian ini penting karena manusia dewasa ini lebih banyak dikuasai hawa nafsu, amarah dan dengki sehingga manusia tidak dapat sempurna dan hidup berdampingan satu sama lain.
“Tindakan manusia dewasa ini lebih banyak ingin menguasai, sekaligus ditekan, dipengaruhi oleh dosa. Oleh karena itu tindakan manusia yang berdasar pada kejahatan, berarti tidak ada satupun yang baik, tidak ada sedikit pun yang baik dari manusia, seluruh hati, pikiran, perasaan, dan tutur kata berubah menjadi jahat, dan kejahatan dalam pikiran ini telah sampai kepada Tuhan, dan tidak hanya diungkapkan kepada Tuhan, akan tetapi juga dinyatakan kepada sesama manusia,” lanjut pendeta jemaat GPIB Menara Iman Jakarta Timur ini.
Tuhan tidak tinggal diam, kata J.E. Loppies, karena melalui Natal ini Tuhan menggenapi karya keselamatan agar manusia lepas dari keadaan yang tidak damai sejahtera. Karena pikiran, sikap, dan tingkah laku jahat hanyalah turunan dari keadaan yang tidak damai sejahtera.
“Coba sekarang kita baca di surat kabar, setiap hari diberitakan kepada kita tentang macam-macam bentuk kejahatan, bahkan saat ini banyak modus-modus yang paling baru dan paling canggih dalam tindak kejahatan, tetapi kejahatan tersebut apapun bentuknya akan membawa kepada kebinasaan dan kehancuran,” kata J.E. Loppies.
“Saudara lihat dimana-mana, dimana-mana tawuran, perkelahian, dan perampokan, peperangan, penjajahan atas manusia. Ini semua praktek-praktek kejahatan menjadi pertanyaan besar dimana Tuhan, apakah Tuhan ada, apakah tuhan diam saja melihat semua ini ? ataukah dia bertindak atas segala kejahatan manusia ? Mulai dari manusia pertama sampai sekarang, sampai terus ke depan. Tidak, Tuhan datang untuk mendamaikan,” lanjut Loppies.
Arti Damai Sejahtera
J.E. Loppies mengatakan bahwa proses pendamaian saat ini tidak bisa memisahkan begitu saja arti damai sejahtera, karena dalam diri manusia harus ada damai, dan juga sejahtera.
“Damai sejahtera tidak boleh diputus, karena damai berhubungan dengan hati, dengan jiwa, sementara sejahtera berhubungan dengan lahiriah, makan, minum kebutuhan sehari-hari, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, sandang, pangan, papan. Oleh karena itu, damai sejahtera adalah satu kesatuan, damai dari Kristus memberi pengaruh, karena damai sejahtera yang menerangi kehidupan batin kita, dan berhubungan dengan keadaan jiwa pada saat emosi dan dapat menerangi kehidupan lahiriah kita. Tuhan tidak hanya mengenyangkan dan mencukupkan rohani kita, tetapi juga jasmani kita,” kata Loppies.
“Mendamaikan dalam artian bahwa Kristus datang untuk melawan yang tidak damai, tidak damai berarti tindakan yang melawan Tuhan. Dikatakan sebagai orang yang bertentangan. Kalau manusia mau nya A, maka Tuhan maunya B, tidak ketemu, yang ada adalah terus menurus perlawanan dan pertentangan, pikiran dan hatinya, pikirannya, dan tutur katanya terus memberontak, maka orang yang demikian adalah orang yang kehilangan damai sejahtera,” lanjut Loppies.
Loppies menyimpulkan bahwa melalui perikop singkat tentang perenungan malam natal tadi bahwa Kristus melepaskan yang lemah (Yesaya 11:4) dalam keadilan, dalam artian bahwa apabila kita diperlakukan tidak adil maka tidak ada damai sejahtera, dan saat kita mendapat damai sejahtera lagi maka terlihatlah karya Kristus yang tidak hanya terjadi saat Natal, tetapi juga setiap hari.
“Melalui bacaan kita (Yesaya 11:1-5) terlihat bahwa untuk itu Kristus datang melepaskan manusia yang lemah, agar memiliki damai sejahtera lagi,” tutup Loppies.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...