Pdt John Edward Loppies: Mewujudkan Misi Damai Yesus Dimulai Dari Keluarga
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM John Edward Loppies menyampaikan bahwa kedatangan Yesus sebagai Raja Damai di tengah-tengah manusia tidak hanya terjadi saat natal, tetapi juga dalam kehidupan setiap hari, dan harus dimulai dari tingkat terkecil, yakni keluarga. Pernyataan ini dia kemukakan dalam khotbah malam natal pada Selasa (24/12) di Gedung Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Koinonia, Jakarta.
J.E. Loppies mengatakan bahwa saat natal Yesus Kristus tidak tinggal diam, akan tetapi dia menjemput satu persatu umat manusia dan memberi damai sejahtera, dan kini damai sejahtera harus dimulai dari keluarga dan individu dengan penuh kesabaran.
Damai sejahtera, seperti yang dikehendaki Kristus dapat kita mulai dari tingkat keluarga, istri, suami dan damai dari orang tua kepada anak-anak, baru setelah itu menjangkau manusia lain di sekitar kita. Damai harus kita mulai dari lingkungan keluarga, baru ke lingkungan pekerjaan, dan ke tingkat masyarakat hingga ke lapisan tertinggi di tempat kita berada. Oleh karena itu jika damai sudah terwujud, maka sama artinya dengan kita memuliakan Kristus sebagai Raja Damai dan manusia sebagai juru damai, kata J.E. Loppies.
J.E. Loppies mengingatkan agar manusia mewujudkan damai sejahtera dengan tulus, tanpa paksaan atau pura-pura, karena manusia tidak akan dapat berlama-lama dalam kepura-puraan.
Apabila dia (manusia) tidak dapat mewujudkan damai sejahtera, maka manusia itu akan merekayasa dan (bersikap) pura-pura bahwa dia oke oke saja, happy-happy saja, lanjut Loppies.
J.E Loppies melandasi khotbah pada malam natal (24/12) dari Yesaya pasal 11 ayat 1 hingga 5, dengan perikop yang berjudul Raja Damai Yang Akan Datang, dari perikop tersebut J.E. Loppies menjelaskan saat ini hikmat dan perdamaian diperlukan umat manusia saat ini.
Loppies mengatakan sikap kepura-puraan di hadapan banyak orang sama sekali tidak meneladani sikap Yesus Kristus, oleh karena itu Yesus Kristus juga hadir memberi teladan dan memulihkan hubungan sesama sehingga tercipta damai sejahtera.
Rekayasa (sikap kepura-puraan) itu mau bertahan sampai kapan dan sampai berapa lama, karena semua itu ada batasnya, oleh karena itu hal yang sangat mendasar ini, kita butuh hal yang paling mendasar dari Yesus Kristus adalah Dia datang untuk mendamaikan, dan dalam keadaan ini harus ada hubungan yang clear antara manusia dengan Tuhan, dan antar sesama manusia, lanjut J.E. Loppies.
J.E. Loppies menekankan bahwa kedatangan Kristus sebagai tidak hanya sebagai Juru Selamat namun juga Juru Damai menegaskan bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan betul oleh setiap umat Kristiani agar dapat melaksanakan damai sejahtera dari tingkat terkecil, individu dan keluarga.
Kedatangan, dan karya Kristus di dunia menjadi jawaban, bagi manusia yang hidup di bawah tekanan dosa, yang kehilangan damai sejahtera. Kristus akan datang menyelamatkan mereka, asal kita mau membuka mulai dari lingkup yang terkecil, keluarga, dan antar individu dalam keluarga, tambah J.E. Loppies.
J.E. Loppies mengatakan saat ini Kristus hadir setiap hari tidak hanya saat Natal, dan akan terus memberi efek yang luar biasa.
Kehadiran Kristus di tengah-tengah manusia saat ini terkadang dirasakan terlalu biasa, dan dipandang hanya sebagai tradisi, dan lebih parah lagi hanyalah sebuah rutinitas. Hal ini tidak bisa dibiarkan, karena saat kita dipanggil untuk membaca Firman Tuhan maka kita dipanggil untuk meyakini karya Kristus, karya Kristus menggerakan mata, hati kita untuk menyatakan bahwa Tuhan tidak diam, dan Tuhan ingin meyakinkan saudara dan saya bahwa semua dapat menjadi juru damai setiap harinya, tutup J.E. Loppies.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...