Kiai Masdar: Menjadi Haji Harus Membawa Revolusi Akhlak
MEKKAH, SATUHARAPAN.COM – Haji mabrur menjadi cita-cita tertinggi setiap jamaah haji. Terlebih dalam sebuah riwayat disebutkan, balasan bagi mereka yang mabrur dalam hajinya adalah surga.
Namun demikian, salah satu anggota Amirul Hajj KH Masdar Farid Masudi mengingatkan bahwa kemabruran bukanlah hanya sebutan. Kemabruran adalah penanda terjadinya revolusi akhlak bagi setiap jamaah sepulang beribadah haji.
“Cita-cita tertinggi jamaah adalah memperoleh haji mabrur. Tentu harus dengan menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang haji. Begitu pulang harus ada revolusi mental. Revolusi akhlak juga supaya mendapat apresiasi dan pengakuan dari masyarakat lingkungannya bahwa antara yang haji dan yang bukan haji itu mesti beda, meningkatlah,” kata Anggota Amirul Hajj yang akrab disapa Kiai Masdar, seperti dikutip dari kemenag.go.id , hari Kamis (17/9).
Menurutnya, orang yang sudah berhaji harus mampu melakukan perubahan akhlak, misalnya dari yang sebelumnya baik, menjadi lebih baik lagi, dari yang sebelumnya kurang rajin beribadah menjadi lebih rajin beribadah.
“Dulunya agak pelit sekarang menjadi lebih dermawan. Dulunya agak kurang sosialisasi, lebih mementingkan kepentingan diri sendiri, agar lebih dermawan dan mengulurkan tangan bagi orang lain yang memerlukan,” kata Kiai yang juga Syuriah PBNU ini.
“Jadi harus seimbang antara hablum minallah, kesalehan simbolik vertical atau kesalehan personal dengan kesalehan sosial terhadap sesama atau hablum minan-nas,” tambah dia.
Sejalan dengan itu, Kiai Masdar berpesan agar para jamaah haji Indonesia dapat memanfaatkan momentum berada di Tanah Suci dengan baik. Kesempatan menjadi tamu Allah mesti disyukuri, lanjut Kiai Masdar, dengan bersikap sebagai tamu yang baik.
“Misalnya dengan menjauhkan dari hal-hal yang dilarang-Nya dan rajin salat berjamaah dan membaca Al Quran, serta tidak melakukan hal yang tidak sepantasnya dan tidak diizinkan oleh agama,” kata dia.
“Banyak yang antre sampai belasan tahun belum bisa berangkat. Jadi harus bersyukur dengan memanfaatkan waktu seoptimal mungkin, jangan membuang waktu yang tidak ada hubungannya dengan ibadah,” tambah dia.
Meski demikian, Kiai Masdar meminta jamaah haji agar menjaga kesehatan karena hal itu menjadi faktor yang sangat penting. Dikatakan kiai yang juga alumni UIN Sunan Kalijaga ini, jamaah jangan sampai menyesal karena sudah sampai di Tanah Suci tapi tidak bisa beraktivitas karena kurang menjaga kesehatan.
“Selain persiapan rohani, persiapan jasmani juga sangat penting,” katanya.
“Jadi harus disyukuri betul dengan cara menjaga kesehatan sebaik-baiknya dan memanfaatkan momentum beribadah juga seoptimal mungkin,” kata dia.
Soal doa dan bacaan terbaik bagi jamaah saat di Arafah, Kiai Masdar mengatakan bahwa semua doa dan bacaan itu baik.
“Baca salawat, istighfar, tahlil, itu semuanya baik. Istighfar memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah dilakukan karena Arafah itu merupakan tempat yang sangat istimewa untuk bermunajat kepada Allah,” katanya. “Sayang kalau kesempatan yang mahal dengan menunggu waktu yang lama tapi tidak dimanfaatkan secara optimal.”
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...