KIARA Desak Presiden SBY Tanggap Bencana
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretariat Nasional Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menilai 10 tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih gagap bencana, masyarakat pesisir dirugikan sedikitnya Rp.100.995 Miliar kerugian material diderita oleh 90.500 nelayan.
Pusat Data dan Informasi KIARA dalam siaran pers Senin (27/1) menjelaskan, sejak awal Januari 2014 tercatat sebanyak 13 nelayan hilang dan dua orang mengalami luka-luka akibat gelombang setinggi satu sampai tiga meter di perairan Indramayu (Jawa Barat), Batang (Jawa Tengah), dan Langkat (Sumatera Utara).
Bencana cuaca ekstrem yang menimpa masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan pembudidaya terus berulang tiap tahunnya tanpa kesiapsiagaan dan upaya pencegahan bencana yang memadai.
Padahal, ancaman bencana cuaca ekstrem sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Berkaca pada Pasal 26 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, KIARA mendesak Presiden SBY untuk: (1) mendistribusikan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana; (2) melibatkan nelayan dan petambak secara aktif dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; (3) memberikan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, termasuk alternatif pekerjaan saat cuaca ekstrem terjadi; (4) melibatkan masyarakat pesisir dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penanggulangan bencana; dan (5) mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
KIARA mengukapkan, bencana cuaca ekstrem yang terjadi di 10 kabupaten sepanjang Januari 2014. Situasi ini mengakibatkan nelayan dan petambak tidak bisa berproduksi, baik melaut maupun membudidayakan.
Semenjak bencana cuaca ekstrem melanda wilayah pesisir dan laut di tanah air, nelayan di Pantai Utara, Jawa tidak bisa melaut akibat ombak setinggi tiga meter. Setali tiga uang, nelayan Bengkalis (Kepulauan Riau) dan Sumatera Utara selama sebulan terakhir juga tidak bisa melaut akibat angin kencang dan gelombang yang mencapai satu hingga dua meter. Kondisi serupa juga dialami oleh nelayan di Tarakan, Kalimantan Utara, selama satu pekan terakhir. Lebih parah lagi, rumah-rumah nelayan di pesisir Teluk Manado juga rusak akibat banjir bandang.
KIARA menambahkan, cuaca ekstrem juga mengakibatkan persediaan pangan habis dan hutang menumpuk. Tak mengherankan jika sebagian nelayan memaksakan diri untuk tetap melaut dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga, meski ancaman berada di depan mata.
Editor : Bayu Probo
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...