Kiat Menyusun Skripsi yang Efektif
SATUHARAPAN.COM - Skripsi adalah karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Skripsi salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1).
Walaupun tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri, umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Contohnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah satuan kredit semester (SKS), tidak boleh ada nilai D atau E, indeks prestasi (IP) kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya.
Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan menemukan dan menjelaskan teori baru. Untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti". Skripsi sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru, atau memberikan kontribusi ilmiah. Karena itu, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi sudah cukup.
Tip Memilih Dosen Pembimbing
Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Kita bisa memilih sendiri dosen pembimbing yang kita inginkan. Tapi, ada juga universitas/fakultas yang memilihkan dosen pembimbing untuk kita. Tentu saja lebih "enak" kalau bisa memilih sendiri dosen pembimbing untuk skripsi.
Jika memilih sendiri dosen pembimbing senior, biasanya akan mengalami kesulitan-kesulitan pada proses bimbingan. Umumnya dosen senior sangat perfeksionis. Ada kesulitan juga untuk bertemu muka, karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang tinggi dan jadwal sangat padat. Keuntungannya, skripsi secara umum akan lebih berkualitas.
Memilih dosen pembimbing junior, memang akan lebih mudah selama proses bimbingan. Dosen junior lebih mudah dijumpai di lingkungan kampus, karena jam terbang belum terlalu tinggi. Lebih akrab, tetapi, kerugiannya, kita akan terkesan "sendirian" ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen penguji lain lebih senior, dosen pembimbing kita tidak berada dalam posisi yang bisa membantu/membela jika dosen penguji senior melancarkan pertanyaan mendetail.
Tahap-tahap Persiapan dalam Menyusun Skripsi
-Skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.
-Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah "hapal di luar kepala" sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan kita pada ujian skripsi nantinya.
-Penulisan proposal, bisa ditulis secara garis besar (pointer), bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam Menyusun Skripsi
-Persiapkan segalanya dengan baik.
-Mintalah pengertian kepada anggota keluarga selama beberapa waktu ke depan akan berkonsentrasi untuk menulis skripsi.
-Buat Time Table
-Berdayakan Internet. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.
-Proaktif, mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, "mengejar" untuk bimbingan, dan seterusnya.
-Skripsi mempunyai tingkat "ketidakpastian" tinggi. Bisa saja skripsi sudah setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta untuk mengganti topik, atau dosen secara tiba-tiba membatalkan untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya.
-Sebaiknya jangan menggunakan jasa "pihak ketiga", yang akan membantu membuatkan skripsi atau menolong dalam mengolah data.
-Siapkan dana untuk membuat skripsi
Format Skripsi yang Benar
-Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi penelitian, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini.
-Pengkajian teori dan pengembangan hipotesis. Kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bagian ini sejajar juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun penyejajaran ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang masuk akal dan “tidak nyambung”.
-Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.
-Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.
-Penutup. Berisi ringkasan, kesimpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran.
-Jangan lupa melakukan proses, membaca cetakan terakhir (proof-reading) dan proses pemeriksaan oleh pakar lain (penelaahan sejawat/peer-review). Proof-reading dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis, maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi.
-Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang kita kenal baik (meski bukan dosen pembimbing), kakak kelas/senior, teman-teman yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa).
Beberapa Kesalahan Pemula dalam Membuat Skripsi
-Ketidakjelasan Isu. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji.
-Tujuan riset dan tujuan periset, adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi.
-Bab I : Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, bagian terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya.
-Padding, banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka. Atau sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.
-Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik, dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi akan outstanding. Sebaliknya, kalau gagal memenuhi salah satu (atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.
-Keterbatasan dan Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat dilakukan), karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.
-Kontribusi riset. Ini penting (terutama) jika penelitian ditujukan untuk menarik sponsor atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi
Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination). Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.
Setelah menulis skripsi, kita memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji. Biasanya dewan penguji terdiri atas satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji.
Lulus tidaknya kita dan berapa nilai yang akan kita peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menanyai tentang skripsi yang kita buat. Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.
Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif, yang akan menguji sejauh mana pemahaman kita akan bidang yang selama ini kita pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan. Hanya mata kuliah inti, dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, khawatir, itu wajar dan manusiawi. Tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah "konfirmasi" atas apa yang sudah kita lakukan. Kalau melakukan sendiri penelitian, tahu betul apa yang kita lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan akan tampil dengan baik.
Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah kita harus tahu betul apa yang kita lakukan dan apa yang kita teliti. Siapkan melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu memaparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, kita harus siapkan jawaban dengan baik. Dengan begitu kita akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.
Pasca-Ujian Skripsi
Satu tahap yang masih harus dilakukan pascaujian skripsi adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi, untuk kemudian mengirimkan kepada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi untuk jenjang S2 atau S3. (ubb.ac.id/tipsmanfaat.com)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...