Kiat Sukses dalam Karier
Saya ada sekadar untuk menjalankan tugas dari Sang Khalik.
SATUHARAPAN.COM – Seberapa pentingkah karier dalam kehidupan kita? Rasanya sangat penting! Karena karier membuat diri kita menjadi penting. Karier mendefinisi kita, karier memberi status kepada kita. Kita bukan sekadar suami dari Ibu X, atau istri dari Bapak Y, dan ibu atau ayah dari Z, atau bahkan anak dari P. Yang lebih penting dari itu, kita akuntan di perusahaan A, manajer di perusahaan B, atau dosen di perguruan tinggi C.
Karena itulah… saya memasang telinga saya dengan saksama, mendengarkan dengan teliti, ketika seorang teman yang terbilang sukses dalam kariernya sedang membagikan kiatnya. Kiat sukses dalam karier…
Pertama, hidup dan biarkan orang lain bertahan hidup…. Teman saya memberi contoh tentang sejawatnya, yang menutupi kecurangan anak buahnya yang telah mengakibatkan banyak kerugian pada perusahaan. Teman saya ini pun bertanya kepada penasihat rohaninya dan mendapatkan saran untuk tidak melaporkan kecurangan itu kepada atasan…
Kedua, matikan nurani dengan alasan yang ”tepat.” Teman saya mengajak saya berpikir: ”Apakah pemilik perusahaan mendapatkan kekayaannya dengan cara yang bersih?” Maksudnya? Ya… jika pemilik perusahaan tidak bersih…mengapa repot-repot membelanya. Wow…!
Masih ada lagi…. Teman saya memilih untuk tidak mendisiplin anak buahnya dengan tegas untuk kesalahan berulang yang lagi-lagi sangat merugikan perusahaan. ”Siapa suruh perusahaan memperkerjakan karyawan bodoh?” kilahnya.
Sampai di sini mulut saya ternganga takjub, dan saya hampir lupa menutupnya. Bukankah anak buah teman saya ini adalah tanggung jawab teman saya? Apakah teman saya sedang mengatakan bahwa salah perusahaan memperkerjakan dirinya sendiri? Dan tadi, pertanyaan mengenai sumber kekayaan pemilik perusahaan…tampaknya kok senada dengan kalimat perampok di jalan ”Ah… tidak apa-apa merampok orang itu…pastilah dia mendapatkan kekayaannya dari korupsi.”
Pikir punya pikir… beberapa atasan saya yang telah terbukti sukses dan memiliki kekuasaan besar pun tampaknya melakukan kiat yang hampir sama. Cari aman saja… supaya karier tetap langgeng. Nurani saya terguncang.
Mungkinkah saya telah melakukan yang salah? Berusaha selalu jujur dan adil kepada perusahaan… Memberikan kesempatan hanya jika itu baik bagi bawahan dan perusahaan, bukan untuk cari aman. Menghentikan kelalaian, terlebih lagi kecurangan...meskipun dengan berbuat demikian saya seperti menepuk dulang yang berbalik memercik wajah sendiri?
Memikirkannya kembali… tampaknya sikap kerja seperti itu bodoh sekali. Baiklah…. Saya memilih untuk tetap bodoh di mata kebanyakan orang… Asalkan saya benar di mata Sang Ilahi. Karena saya tidak perlu mengidentifikasi diri saya dengan karier saya. Saya ada sekadar untuk menjalankan tugas dari Sang Khalik. Itulah jati diri saya yang sebenarnya!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...